Kisah Pelaku UMKM di Yogya Mampu Bertahan di Tengah Pandemi Virus Corona

Kisah Pelaku UMKM di Yogya Mampu Bertahan di Tengah Pandemi Virus Corona

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Nur Herwiyanti, Pemilik Usaha Drum Band Marching Pose di Jalan Golo UH V Nomor 896, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta yang kini beralih usaha pembuatan face shield. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pandemi virus corona berdampak sangat luar biasa terhadap sektor ekonomi di Yogyakarta.

Salah satu sektor yang terdampak cukup parah adalah usaha rumahan.

Bahkan akibat pandemi virus corona ini, banyak pelaku usaha yang berhenti beroperasi.

Salah satunya di alami oleh Nur Herwiyanti.

Pelaku UMKM yang memproduksi batik jumputan inipun harus menerima kenyataan karena dampak pandemi virus corona benar-benar membuat usahanya kesulitan.

Karena tak ada lagi permintaan, Nur memutuskan untuk berhenti sementara waktu.

Kemudian dia sempat mencoba menekuni bisnis kuliner dengan berjualan nasi kebuli.

Namun usaha itu hanya bertahan selama dua pekan saja.

Instingnya sebagai pelaku usaha UMKM membuat Nur terus mencoba usaha baru demi menambal perekonomian keluarganya yang ikut terdampak pandemi virus corona.

Nur pun mampu membaca peluang di tengah pandemi virus corona.

Setelah usahanya yang selama ini digeluti berhenti, Nur mencoba untuk memproduksi alat pelindung diri (APD).

Peluang usaha ini menurut Nur memang terbuka lebar karena saat ini semua orang membutuhkan APD untuk mencegah penularan virus corona.

"Sempat saya jualan nasi kebuli namun hanya berlangsung selama 2 Minggu saja. Saya merasa di usaha ini bukan merupakan pasion yang saya miliki. Akhirnya saya mencoba usaha lain," ucap perempuan yang juga menjabat sebagi Sekjen Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia DIY ini.

DLHK DIY Akui Sistem Pengolahan Sampah di TPST Piyungan Masih Cara Lama

Pembangunan Pasar Prawirotaman Disebut Bakal Segera Rampung, Nantinya Bakal Seperti Mall

Setelah itu, ia berlanjut ke usaha pembuatan Alat Pelindung Diri (APD) yang terbuat dari kain spunbond.

"Dulu juga sempat ada permintaan pembuatan APD sebanyak 200 baju Hazmat. Namun setelah itu, juga kehilangan kesempatan karena ada kebijakan untuk APD yang terbuat dari kain spunbond belum memenuhi standar," katanya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved