Update Corona di DI Yogyakarta
Kandungan Gas CO pada Kualitas Udara di DIY Selama Pandemi Covid-19 Turun Drastis
Anjuran untuk tetap di rumah selama Pandemi Covid-19 berdampak pada meningkatnya kualitas udara perkotaan di DIY.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Meski gas buang dari CO tersebut berada di bawah standar baku mutu kualitas udara di DIY, namun perlu adanya persiapan dan kontrol untuk terus memperbaiki hal tersebut.
Di DIY standar baku mutu CO mencapai 30.000 mikro meter per kubik, sementara rata-rata perharinya atau sebelum adanya Covid bisa mencapai 5.000 mikro meter per kubik.
Sedangkan selama masa Covid-19 atau tiga bulan terakhir saat ini kualitas CO di DIY turun menjadi 1.319 mikro meter per kubik
"Sangat signifikan sekali turunnya. Itu karena aktivitas kendaraan dan juga proyek-proyek berkurang. Sehingga turun drastis," ungkapnya.
Jika dihitung, selama tiga bulan terakhir penurunan kadar CO di DIY mencapai 3.681 mikro meter per kubik.
Itu artinya rata-rata perbulannya sejak Maret hingga Mei lalu terjadi penurunan CO sebanyak 1.000 mikro meter per kubik setiap bulan.
Sutarto mengklaim, kendaraan bermotor di DIY pertahunnya bisa mencapai jutaan.
Hal tersebut yang membuat polusi udara di DIY kian memburuk setiap tahun.
Karena, lanjut dia DIY pernah mencapai kualitas udara terbaik di angka 85 versi ISPU.
Namun, itu terjadi tiga tahun lalu.
"Setelah itu turun terus dan saat ini kualitas udara di DIY hanya di angka 82," tegasnya.
Dari hal tersebut, menurutnya penurunan kualitas udara dapat terjadi setiap tahun.
Untuk itu, ia mengimbau supaya masyarakat lebih memperhatikan kondisi lingkungan.
Sutarto menekankan, gerakan penghijauan sangat diperlukan di kawasan perkotaan.
Hal itu menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kualitas udara di DIY.
"Dukungan kepada DLHK Kota/Kabupaten untuk memperbanyak Ruang Terbuka Hijau selalu kami tekankan, supaya kualitas udara bisa dikendalikan," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)