Yogyakarta
Pengamat Politik UGM Sebut Pilkada Tiga Kabupaten di DIY 'Menep Ing Pangarep'
Pertempuran kandidat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di tiga Kabupaten di DIY terlihat berbeda di tengah pandemi seperti saat ini.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Ia menganggap, pilihan tersebut atas dasar kekuatan anggaran dalam pilkada kali ini.
Purwo menyadari, seluruh APBN dan APBD saat ini terfokus untuk penanganan Covid-19.
Lebih lanjut dia mengatakan, selain menekan anggaran, penambahan hari tersebut sebagai langkah manejemen waktu supaya dapat menekan sebaran Covid-19.
"Memang, untuk kesulitan berada di KPU daerah. Ini harus segera dirumuskan. Formula apa yang dapat menekan tingkat crowded tersebut," imbuhnya.
Jika dilakukan pembuatan TPS baru, menurutnya implikasinya cukup banyak.
Ia khawatir akan muncul pemetaan suara, atau pengelompokan suara oleh kandidat dibeberapa TPS dan memunculkan ketegangan baru.
• Terbentur Undang-undang, Opsi Pilkada Serentak via Pos Sulit
Panggung Sunyi Politisi di Tengah Pandemi
Tidak adanya huru-hara membuat kontestasi pilkada serentak di tiga Kabupaten di DIY terlihat sunyi.
Hal itu menurut Purwo lantaran dipicu adanya pandemi Covid-19 yang saat ini masih menyebar di DIY.
Oleh karena itu, kampanye besar-besaran tidak mungkin menjadi jalur meraih kesuksesan dalam pemilu kali ini.
Kampanye menep (sunyep) inilah kenyataan yang harus diterima oleh para kandidat yang maju dikontestasi pemilukada 2020 Desember mendatang.
"Komunikasi yang menep berdasarkan informasi dan itu bisa disiapkan oleh masing-masing kandidat," terang dia.
Artinya, lanjut dia, atmosfir kampanye kali ini diprediksikan tidak ada mobilitas yang menyeret sentimen agama, ras dan gesekan lain.
Ia menganggap, orang-orang yang sudah ngawula atau mengabdi kepada masyarakatlah yang berkesempatan besar dan harus diberikan kepercayaan untuk memimpin.
"Saya melihat kampanye berupa politik mobilisasi agama ini akan diminimalisir, dan komunikasi politik berkualitas lebih dirumuskan," ungkapnya.