ADVERTORIAL
Strategi Pemkot Yogyakarta dalam Penanganan Covid-19
Situasi yang ditimbulkan pandemi Covid-19 memberikan tantangan besar kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menjalankan tata kelola pemerintahan.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Agus menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta yang ditargetkan sebelumnya sebesar 5,2 persen terkoreksi menjadi 3,55 persen pada 2020. Kota Yogyakarta sebagai kota wisata selama ini menggantungkan sekitar 12 persen ekonominya dari kegiatan pariwisata secara langsung.
Sementara, secara tidak langsung pada sektor transportasi, komunikasi dan informasi, serta pengolahan yang kontribusi ekonominya mencapai sekitar 27,5 persen juga terpengaruh dari kegiatan pariwisata.
“Angka proyeksi pertumbuhan ekonomi dilandaskan pada skenario optimis yang diidentifikasi oleh Bappeda Kota Yogyakarta, dengan asumsi pandemi Covid-19 dapat berakhir bulan September 2020,” beber Agus.
Penurunan pertumbuhan ekonomi akan berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat. Berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 dan 2021, jumlah masyarakat dengan rata-rata pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan diprediksi akan mengalami peningkatan pada rentang 9,39 persen-9,99 persen pada 2020 dan akan mengalami perbaikan pada kisaran 7.04 persen-8.22 persen pada 2021.
• Perayaan HUT Pemkot Yogyakarta ke-73 Jadi Momen Bangkitkan Optimisme
Rasio Gini dan Kemiskinan
Rasio Gini adalah parameter ekonomi yang digunakan untuk mengukur perbedaan (ketimpangan) pendapatan di masyarakat.
Angka rasio gini Kota Yogyakarta ditargetkan berada di angka 0,397.
Penurunan pendapatan akan berpengaruh lebih signifikan pada pola pengeluaran 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah dibandingkan 20 persen penduduk dengan pendapatan tertinggi.
Sebagai dampaknya, pada 2020 rasio gini diproyeksikan akan mengalami peningkatan ketimpangan pada kisaran 0.483-0.500 persen atau pada tingkat ketimpangan yang tinggi.
Angka tersebut pada 2021 diproyeksikan akan mengalami sedikit perbaikan pada kisaran 0.423-0.454 persen atau pada ketimpangan moderat.
Secara umum, pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas ekonomi mengalami penurunan.
“Di masa pandemi ini, preferensi konsumsi masyarakat bergeser, dengan mengutamakan produk-produk yang sifatnya primary atau untuk memenuhi kebutuhan dasar,” tutur Agus.
• Pemkot Yogyakarta Sudah Salurkan 90 Persen Bansos Pusat
Slowing-down aktivitas ekonomi, kata dia, menyebabkan semakin susahnya orang keluar dari kemiskinan. Bahkan lebih buruk lagi, munculnya orang miskin baru karena terdampak.
Pada 2019, kondisi belum pandemi, sekitar 6,84 persen atau 29.450 ribu jiwa penduduk Kota Yogyakarta berada di bawah garis kemiskinan.
Selebihnya, atau sekitar 93,16 persen penduduk, sebagian hidup dengan penghasilan sedikit di atas garis kemiskinan, atau rentan miskin.