Peneliti Virus FKKMK UGM Berikan Penjelasan Seputar Herd Immunity, Faktor Risiko hingga Bahayanya

dr Mohamad Saifudin Hakim, memberikan penjelasan seputar herd immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kelompok.

Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa/humas UGM
Dosen sekaligus peneliti virus Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Mohamad Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D 

Di samping itu, vaksinasi tidak menyebabkan seorang individu menjadi infeksius atau dapat menular karena bahan vaksin hanya dibuat dari partikel virus (salah satu bagian anggota tubuh virus) atau virus hidup yang dilemahkan yang dihilangkan potensi atau gen penularannya.

Cara vaksinasi ini juga telah dikaji melalui ribuan penelitian di seluruh dunia dan hanya menimbulkan efek samping yang minimal bagi tubuh yang telah diketahui dan bisa diantisipasi oleh petugas kesehatan terlatih.

Risiko Besar Herd Immunity Secara Alami

Sebaliknya, herd immunity dengan infeksi secara alami sangatlah berisiko.

Tidak hanya menyebabkan terjadinya sakit atau penyakit, tetapi individu yang terkena infeksi alami juga berpotensi menjadi agen penularan.

Kondisi tersebut akan semakin memakan banyak korban jiwa sampai pada tahap penularan dapat berhenti setelah individu yang tersisa dapat bertahan hidup dan memiliki kekebalan.

UGM Akan Buka Wacana Pelonggaran Pembatasan Maksimal

YIA Jajaki Kemungkinan Rapid Test di Bandara bagi Calon Pengguna Jasa Penerbangan

Sementara itu, dalam kasus COVID-19, belum ada kepastian apakah kekebalan yang didapat secara alami terhadap SARS-CoV-2 benar-benar dapat melindungi seseorang dalam jangka waktu yang lama atau tidak akan terinfeksi kembali.

"Sayangnya, untuk kondisi sekarang ini, vaksin masih agak jauh tahap pengembangannya untuk bisa secara efektif mengatasi COVID-19", terang dosen Departemen Mikrobiologi FKKMK UGM ini.

Tidak Etis

Penemuan vaksin yang efektif yang masih berada di jalan yang panjang menjadikan banyak negara harus menekan penularan virus SARS-CoV-2 dengan pembatasan aktivitas sosial yang ketat.

Hanya saja, lanjutnya, menerapkan skenario herd immunity dengan infeksi alami untuk mengatasi penyebaran SARS-CoV-2 ini di mata para ilmuwan tentu sangat tidak etis.

Karena secara praktis, sama saja dengan membiarkan kelompok masyarakat tertentu yang memang rentan, untuk terkena dampak infeksi yang berat.

Misalnya kelompok usia tua, kelompok masyarakat dengan penyakit komorbid, dan individu dengan gangguan autoimun atau berbakat alergi.

Dinkes Sleman Lakukan Rapid Test ke Petugas Medis yang Bertugas di GOR Pangukan
Dinkes Sleman Lakukan Rapid Test ke Petugas Medis yang Bertugas di GOR Pangukan (istimewa)

Banyak negara, salah satunya Vietnam, telah membuktikan bahwa mereka bisa mengontrol penularan virus SARS-CoV-2 dengan pembatasan aktivitas yang ketat.

Mereka tidak perlu menunggu sampai terbentuk herd immunity.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved