Pendidikan

Sebagian PAUD Tutup Karena Pandemi, HIMPAUDI DIY Beri Dukungan Agar Bertahan

Di masa pandemi, kebanyakan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) normatif baik secara lurin

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Di masa pandemi, kebanyakan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) normatif baik secara luring (Offline) maupun daring (online).

Berbeda dengan jenjang pendidikan lainnya, PAUD tidak dituntut untuk mengejar aspek akademis, sebab untuk melanjutkan ke jenjang SD seorang calon peserta didik lebih dipersyaratkan secara usia.

Hal tersebut ikut memberi imbas pada nasib lembaga PAUD selama pandemi. Sekretaris Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia (HIMPAUDI) DIY, Nurahmalia mengatakan sebagian PAUD di DIY harus menutup lembaganya karena orang tua menarik mundur anaknya dari lembaga.

Disdik Kota Yogya : PAUD Dibuka Saat Kondisi Sudah Kondusif

“Ada sebagian lembaga yang nggak punya murid, mereka tutup. Guru pun bercerita ke kami, ‘Nanti kami harus bagaimana? Kami tidak aktif lagi.’ Yang kami berikan adalah semangat ke para pendidik untuk tidak nglokro (putus asa),” ungkap Lia, sapaan akrab Nurahmalia saat dihubungi Tribunjogja.com, Rabu (3/6/2020).

“Kami beri pengertian bisa nggak diajak komunikasi lagi orang tuanya. Coba diajak lagi (orang tua). Mungkin orang tua ada masalah keuangan, jadi memutuskan ya sudah nggak usah sekolah lagi,” sambung Lia.

Selain itu, lanjut dia, HIMPAUDI DIY juga melakukan pendekatan kepada cabang-cabang HIMPAUDI di kabupaten/kota untuk berkomunikasi ke lembaga-lembaga PAUD di daerahnya. “Kami coba untuk HIMPAUDI daerahnya berkomunikasi ke lembaga-lambaga tersebut,” ucapnya.

Lia mengakui, ada permasalahan yang cukup kompleks dialami lembaga-lembaga PAUD di tengah situasi pandemi.

“Ada yang tidak bisa menerima gaji karena SPP di lembaganya macet, jadi harus punya strategi untuk bisa mempertahankan. Sementara, kalau tetap menagih SPP ke orang tua juga kondisinya lagi seperti ini. Padahal nggak ada pembelajaran (KBM), kami pun tidak enak hati,” tutur Lia.

Soroptimist Yogyakarta Bagikan Sembako untuk Buruh Gendong dan Guru PAUD

Dia menjelaskan, kasus lembaga PAUD yang tidak aktif lagi berada di beberapa kabupaten di DIY.

Kasus tersebut menurutnya terjadi pada lembaga yang tidak menerima bantuan operasional penyelenggaraan (BOP) maupun yang menerima BOP.

“Kami terima laporan dari lembaga di kabupaten. Kalau di Kota Yogyakarta belum ada,” ungkapnya.

Ditanya tentang jumlah PAUD yang menutup lembaganya, Lia pun belum bisa memastikan karena baru menerima laporan-laporan dan belum mendata.

“Kami tidak ingin ini menjadi menular (ke lembaga-lembaga lain),” imbuhnya.

Sebagai salah satu cara untuk tetap memberdayakan dan mengaktualisasi para pendidik dan tenaga kependidikan PAUD di tengah pandemi, Lia mengatakan HIMPAUDI pusat membuat program Teacherpreneur.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved