Karantina Longgar Sumber Petaka Pandemi Flu Spanyol 1918
penyebaran cepat flu Spanyol pada musim gugur 1918 merupakan akibat dari kesalahan pejabat kesehatan masyarakat yang tidak memaksakan karantina
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - James Harris, seorang sejarawan di Ohio State University yang mempelajari penyakit menular dan Perang Dunia I memperkirakan petaka pandemi Flu Spanyol di tahun 1918 terjadi akibat tidak adanya kebijakan karantina yang tegas.
Ini memicu penyebaran virus flu yang begitu massif dengan korban yang sangat banyak.
Harris percaya bahwa penyebaran cepat flu Spanyol pada musim gugur 1918 merupakan akibat dari kesalahan pejabat kesehatan masyarakat yang tidak memaksakan karantina selama perang.
Di Inggris, misalnya, seorang pejabat pemerintah bernama Arthur Newsholme tahu betul bahwa karantina yang ketat adalah cara terbaik untuk memerangi penyebaran penyakit yang sangat menular ini.
Tapi dia tidak akan mengambil risiko melumpuhkan upaya perang dengan menjaga pekerja pabrik amunisi dan warga sipil lainnya di rumah.
Menurut penelitian Harris, Newsholme menyimpulkan bahwa karantina tidak dilakukan karena adanya kebutuhan mendesak selama perang. Mereka membiarkan warga Inggris terus bekerja selama pandemi.
Respons kesehatan masyarakat terhadap krisis di Amerika Serikat semakin terhambat oleh kekurangan perawatan yang parah karena ribuan perawat telah dikerahkan ke kamp-kamp militer dan garis depan.
Kekurangan itu diperparah oleh penolakan Palang Merah Amerika untuk menggunakan perawat Afrika-Amerika yang terlatih sampai pandemi terburuk telah berlalu.
Tiga gelombang pandemi Flu Spanyol
Pandemi influenza 1918 atau yang dikenal sebagai "flu Spanyol" telah menginfeksi 500 juta orang di seluruh dunia dan membunuh sekitar 20 juta hingga 50 juta korban. Jumlah ini lebih banyak dari jumlah prajurit dan warga sipil yang terbunuh selama Perang Dunia I jika digabungkan.
Serangan virus ini berlangsung selama dua tahun. Dengan jumlah kematian terbesar, terjadi selama tiga bulan yang paling mengerikan pada musim gugur 1918.
Sejarawan sekarang memahami bahwa kematian terparah pada serangan gelombang kedua flu Spanyol disebabkan oleh virus yang bermutasi yang disebarkan oleh gerakan pasukan perang.
Ketika flu Spanyol pertama kali muncul pada awal Maret 1918, ia memiliki semua ciri khas flu musiman, meskipun jenisnya sangat menular dan ganas.
Salah satu kasus terdaftar pertama adalah Albert Gitchell, seorang juru masak Angkatan Darat Amerika Serikat di kamp Funston di Kansas, yang dirawat di rumah sakit karena demam 104 derajat.

Virus menyebar dengan cepat melalui instalasi Angkatan Darat, rumah bagi 54.000 tentara.