Karantina Longgar Sumber Petaka Pandemi Flu Spanyol 1918

penyebaran cepat flu Spanyol pada musim gugur 1918 merupakan akibat dari kesalahan pejabat kesehatan masyarakat yang tidak memaksakan karantina

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Getty Images/BBC Indonesia
Seorang perempuan mengenakan masker flu selama pandemi flu Spanyol. 

Hanya beberapa dekade kemudian para ilmuwan mampu menjelaskan fenomena yang sekarang dikenal sebagai "ledakan sitokin."

Ketika tubuh manusia diserang oleh virus, sistem kekebalan mengirimkan pembawa protein yang disebut sitokin untuk meningkatkan peradangan.

Tetapi beberapa jenis flu, khususnya strain H1N1 yang bertanggung jawab atas wabah flu Spanyol, dapat memicu reaksi berlebihan kekebalan yang berbahaya pada individu yang sehat.

Dalam kasus-kasus itu, tubuh dipenuhi dengan sitokin yang menyebabkan peradangan parah dan penumpukan cairan yang fatal di paru-paru.

Dokter militer Inggris yang melakukan otopsi terhadap tentara yang terbunuh oleh gelombang kedua flu Spanyol ini menggambarkan kerusakan parah pada paru-paru sebagai akibat dari efek kimiawi.

Ilmu Kedokteran Tidak Punya Alat

Tetapi salah satu alasan utama bahwa flu Spanyol merenggut begitu banyak nyawa pada tahun 1918 adalah karena sains tidak memiliki alat untuk mengembangkan vaksin untuk virus tersebut.

Mikroskop bahkan tidak bisa melihat sesuatu yang sangat kecil seperti virus sampai tahun 1930-an. Sebaliknya, para profesional medis terkemuka pada tahun 1918 yakin bahwa flu disebabkan oleh bakteri yang dijuluki "basil Pfeiffer."

Setelah wabah flu global pada tahun 1890, seorang dokter Jerman bernama Richard Pfeiffer menemukan bahwa semua pasiennya yang terinfeksi membawa jenis bakteri tertentu yang ia sebut H influenzae.

Ketika pandemi flu Spanyol melanda, para ilmuwan bermaksud menemukan obat untuk basil Pfeiffer. Jutaan dolar diinvestasikan di laboratorium canggih untuk mengembangkan teknik pengujian dan perawatan H. influenzae, tapi semuanya sia-sia.

"Ini adalah hambatan besar bagi ilmu kedokteran," kata Harris.

Pada Desember 1918, gelombang kedua flu Spanyol yang mematikan akhirnya berlalu, tetapi pandemi itu masih jauh dari selesai.

Gelombang ketiga meletus di Australia pada Januari 1919 dan akhirnya kembali ke Eropa dan Amerika Serikat.
Diyakini bahwa Presiden Woodrow Wilson terkena flu Spanyol selama negosiasi damai Perang Dunia I di Paris pada bulan April 1919.

Tingkat kematian gelombang ketiga sama tingginya dengan gelombang kedua, tetapi akhir perang pada November 1918 menghilangkan kondisi yang memungkinkan penyakit itu menyebar begitu jauh dan begitu cepat.

Asal usul nama Flu Spanyol

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved