Yogyakarta
Pertumbuhan Ekonomi DIY Triwulan I 2020 Kontraksi 0,17 Persen
Perekonomian DIY triwulan I 2020 terhadap triwulan I 2019 mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 0,17 persen.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perekonomian DIY triwulan I 2020 terhadap triwulan I 2019 mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 0,17 persen.
Hal ini berlawanan arah dibanding pertumbuhan periode yang sama di 2019 yang mencapai 7,51 persen.
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan Provinsi DIY, Heru Pudyo Nugroho mengatakan dampak pandemi Covid-19 tidak hanya terkait kesehatan masyarakat, namun juga telah memukul perekonomian nasional dan kehidupan masyarakat.
"Indikasinya sudah terlihat dari menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2020 yang sesuai laporan BPS (badan pusat statistik) hanya sebesar 2,97 persen (target APBN 2020 5,3 persen) dan diperkirakan akan terus menurun di triwulan berikutnya," ungkap Heru saat dihubungi Tribunjogja.com. Selasa (19/5/2020).
• Menkeu Sri Mulyani Ungkap Skenario Terburuk Perekonomian RI Akibat Pandemi Covid-19
Dia melanjutkan, hal itu seiring kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yang membatasi pergerakan masyarakat dalam melakukan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi.
"Di DIY sangat terdampak. Padahal Indonesia masih bisa tumbuh 2, 97 persen. DIY mengalami kontraksi -0,17 persen year-on-year (dibanding tahun lalu pada periode yang sama) itu karena untuk DIY sektor pendukung utama yaitu UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) terdampak sekali sekarang ini. Lalu industri pengolahan yang domainnya juga UMKM, juga mengalami kontraksi yang mendalam," tutur Heru.
Dia menambahkan. kontraksi di DIY yang cukup tinggi juga dikarenakan salah satu penyumbang untuk pertumbuhan, yakni konsumsi masyarakat menurun tajam seiring dengan status kedaruratan di DIY sejak 20 Maret 2020.
"Kita lihat aktivitas di masyarakat juga turun. Kemudian sektor pariwisata, ini juga terpukul di DIY. Kunjungan wisatawan sudah nol sekarang ini, ya. Kita lihat hotel, travel tutup, itu diikuti dengan industri-industri ikutan pariwisata. Industri kuliner, kerajinan, batik, dan sebagainya. Ini penyumbang kemerosotan nomor 1 di DIY," paparnya.
Selain itu, kata dia, sektor yang menjadi penyumbang tahun lalu yakni sektor infrastruktur seperti pembangunan bandara di Kulon Progo saat ini sudah hampir selesai. "Ini kan tahapan (pembangunan bandara di Kulon Progo) sudah hampir selesai, sehingga tidak menyumbang di triwulan 1," bebernya.
Heru pun memprediksi perekonomian DIY akan semakin turun di triwulan II.
• Tak Setuju Relaksasi PSBB, Faisal Basri : Orang Meninggal Gak Bisa Recovery, tapi Ekonomi Bisa
"Sektor yang semakin turun saya kira akan sama, sektor kunsumsi masyarakat yang mana secara nasional itu menyumbang di atas 50 persen. Sektor-sektor non formal, pendukung pariwisata, pendukung pendidikan, semisal kuliner, laundry, dan sebagainya," ungkapnya.
"Kita harapkan kondisi ini bisa segera berakhir. ya. Mudah-mudahan kita doakan masyarakat bisa disiplin, sehingga tidak harus memberlakukan PSBB yang bisa memperdalam kemerosotan ini," sambungnya.
Dilansir dari laman yogyakarta.bps.go.id, dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan (year-on-year) tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan telekomunikasi, diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan pengadaan listrik dan gas.
Sementara, yang mendorong terjadinya kontraksi perekonomian terutama karena kategori konstruksi tumbuh -9,75 persen, pertanian sebesar -8,92 persen, dan jasa perusahaan sebesar -7,48 persen.
