Penampakan Kuburan Massal di Amazon, Pemerintah Brasil Kewalahan dengan Jenazah Korban Covid-19
Manaus, kota terbesar Amazon, Brasil harus menggali kuburan massal karena kewalahan mengatasi kematian akibat Covid-19.
Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
Manaus, di wilayah Amazonas Brasil dan di jantung hutan hujan, telah menjadi salah satu hotspot COVID-19 Brasil, melaporkan 3.941 kasus yang dikonfirmasi dan 357 kematian pada hari Jumat.
• Gugus Tugas : Kebutuhan APD di Kabupaten Magelang Tercukupi
Lonjakan korban jiwa selama April akibat wabah koronavirus telah membuat rumah sakit, responden darurat dan kuburan kewalahan.
Ini telah menyebabkan mayat-mayat dimasukkan ke dalam kuburan massal dengan penggali mekanis yang digunakan untuk menutupi mayat-mayat dengan tanah.
Wali kota mengatakan dalam sebuah video yang diposting pada hari Sabtu:
"Greta Ernman Thunberg yang sangat saya sayangi. Saya memberi tahu Anda bahwa kami membutuhkan bantuan. Kami harus menyelamatkan nyawa para pelindung hutan.
"Kami sedang dalam bencana, seperti barbarisme," katanya.
Pada saat penulisan, remaja Swedia itu tidak menjawab secara langsung, tetapi pada hari yang sama dia me-retweet sebuah posting oleh Greenpeace yang memperingatkan bahwa orang-orang asli Amazon berada di bawah ancaman yang lebih besar selama pandemi.
• 3 Zodiak yang Diprediksi Kurang Beruntung di Minggu Ini
Aktivis lingkungan menyebutnya "benar-benar tidak dapat diterima".
Dalam video, yang dimulai dengan pesan: "SOS Manaus-AM, Save the Protectors", Mr Neto difilmkan duduk di mejanya, berbicara dalam bahasa Inggris.
Selama April, 2.435 kematian didaftarkan di pemakaman umum kota, hampir dua kali lipat dari total 2019. Sementara ratusan kematian telah dimasukkan ke COVID-19, angka sebenarnya tidak diketahui.
Lebih dari 6.700 orang secara resmi meninggal di Brazil setelah tertular virus corona, menurut Johns Hopkins University, yang melacak pandemi.
Ada 4.970 kasus baru virus dan 421 kematian selama 24 jam sebelumnya, kata kementerian kesehatan pada hari Sabtu, seraya menambahkan bahwa negara tersebut sekarang telah mencatat lebih dari 95.000 kasus yang dikonfirmasi dari virus dan 6.750 kematian. Kasus baru meningkat sekitar 5,4% pada hari Sabtu dari hari sebelumnya, sementara kematian meningkat sekitar 6,7%.
• Kisah Sedih Pemudik Dicegat Pak Polisi: Dirumahkan Tanpa Gaji, Tak Bisa Lagi Bertahan di Jakarta
Presiden Brazil, Jair Bolsanaro, telah menganggap pandemi itu sebagai "flu kecil" dan menolak mengenakan masker atau mempraktikkan jarak sosial.
Ditanya baru-baru ini tentang angka kematian Brasil yang melebihi Cina, ia memberikan tanggapan singkat ini: "Apa yang Anda ingin saya lakukan? Nama saya adalah Mesias tetapi saya tidak dapat membuat mukjizat."
