Sejarah May Day atau Hari Buruh di Indonesia dan Mengingat Tragedi Haymarket di Amerika Serikat

May Day adalah peringatan Hari Buruh Internasional yang diselenggarakan setiap tahun di sejumlah negara termasuk Indonesia pada setiap 1 Mei.

Editor: Joko Widiyarso
Kompas.com
Buruh merayakan hari buruh internasional atau May Day dengan berunjuk rasa di sekitar Patung Kuda Monas, Jakarta Pusat, Selasa (1/5/2018). Tuntutan utama mereka yaitu meminta pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan serta konsisten memberantas korupsi, meningkatkan subsidi untuk rakyat, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, energi, perumahan, dan transportasi, serta berkomitmen mewujudkan reforma agraria.(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG) 

Pada Mei 1966, Awaloedin mengusahakan agar Hari Buruh saat itu tidak dirayakan karena berkonotasi kiri. Tapi gagal, karena buruh masih kuat. Barulah setahun kemudian dia berhasil menghapuskan peringatan Hari Buruh.

Caranya dengan melemparkan gagasan bahwa peringatan May Day selama ini telah dimanfaatkan oleh SOBCI/PKI.

Seorang pengunjuk rasa bertopeng melempar batu selama bentrokan pada uni serikat buruh May Day di Paris, Prancis
Seorang pengunjuk rasa bertopeng melempar batu selama bentrokan pada uni serikat buruh May Day di Paris, Prancis (Reuters via Mail Online)

Selanjutnya serikat buruh digiring untuk berorientasi ekonomis. Mulai dengan menyatukan seluruh serikat buruh yang tersisa dari huru-hara 1965 ke dalam Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Lalu kemudian itu berubah menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Meski begitu, nasib buruh tidak banyak berubah.

Organisasi tersebut dekat dengan pemerintah dan dinilai tidak independen karena didanai pemerintah.

Tuntutan mulai lagi saat era reformasi. Tak hanya buruh yang berdemo, tapi juga ribuan mahasiswa menuntut agar 1 Mei kembali dijadikan Hari Buruh dan Hari Libur Nasional.

Tapi demo berkembang tuntutannya saat era SBY. Mereka juga menuntut revisi UU Ketenagakerjaan hingga jaminan sosial. Akhirnya itu membuahkan BPJS Kesehatan hingga BPJS Ketenagakerjaan.

Keinginan para buruh untuk libur pada Hari Buruh terkabul setelah Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal berdiskusi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan jajarannya pada 2013.

Diberitakan Harian Kompas, Selasa (30/4/2013), hari libur tersebut berlaku setahun kemudian, yaitu 2014.

”Ada kado istimewa dari Presiden Yudhoyono, di mana pemerintah akan menjadikan 1 Mei sebagai hari libur nasional,” kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal, Senin (29/4).

Pada 1 Mei 2014, hal tersebut terealisasi. Sebelumnya pada era Orde Lama juga ditetapkan sebagai hari libur resmi, tapi tidak pada era setelahnya.

Meski begitu, demo buruh tetap ada kala itu. Seperti diberitakan Harian Kompas, Sabtu (3/5/2014), ribuan buruh kembali memadati jalan-jalan protokol di Jakarta.

Mereka menagih janji SBY untuk mensejahterakan buruh di dekat kawasan industri. Misalnya dengan memberi perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan untuk anak buruh, dan angkutan publik berkualitas.

Sejarah awal di AS
Pada abad ke-19, May Day mengambil makna baru, ketika Hari Buruh Internasional tumbuh dari gerakan buruh abad ke-19 untuk hak-hak pekerja dan delapan jam kerja di Amerika Serikat.

Sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa berdarah di Alun alun Haymarket, Chicago pada 4 Mei 1886 saat berlangsungnya aksi damai kaum buruh
Sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa berdarah di Alun alun Haymarket, Chicago pada 4 Mei 1886 saat berlangsungnya aksi damai kaum buruh (history)

Bagaimana hubungan antara May Day dan hak-hak buruh dimulai di Amerika Serikat?

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved