Update Corona di DI Yogyakarta
Pemda DIY Akan Beri Bansos pada 453 Mahasiswa dari Luar DIY
Sebanyak 453 mahasiswa dari luar DIY akan segera mendapat bantuan sosial dari Pemda DIY.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebanyak 453 mahasiswa dari luar DIY akan segera mendapat bantuan sosial dari Pemda DIY.
Sayangnya penerima bantuan hanya untuk yang tinggal di asrama mahasiwa saja.
Sementara bagi mahasiswa yang tinggal di kost atau rumah kontrakan masih belum terdata sebagai penerima.
Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas percepatan penanganan Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana menyampaikan, dipilihnya asrama mahasiswa sebagai sasaran penyaluran dikarenakan pendataannya yang mudah.
Selain itu, lanjut dia, proses penyaluran bantuan juga lebih tepat sasaran.
• Kisah Mahasiswa di Yogya Berjuang Penuhi Kuota Internet demi Kuliah Daring, Rela Makan Sekali Sehari
Karena mereka yang tinggal di asrama mahasiswa ada yang mengkoordinir.
"Sementara masih yang tinggal di asrama saja yang kami akomodir, karena yang mendata itu dari Kesbangpol," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Rabu (29/4/2020).
Ia menambahkan, sampai saat ini sudah ada 44 asrama mahasiswa yang sudah masuk data penerima bantuan dengan jumlah mashasiswa sebanyak 453.
Bantuan tersebut hanya berupa sembako dan beberapa kebutuhan makanan tambahan.
Pemda DIY tidak berlakukan pemberian sejumlah uang kepada mahasiswa yang masih menetap di DIY.
Biwara meyakini masih ada ratusan mahasiswa yang tinggal di luar asrama.
Menanggapi hal itu, pihaknya masih perlu berkoordinasi dengan pemangku kebijakan di DIY.
• Solidaritas Pangan Jogja Bagikan Nasi Bungkus Gratis di Tengah Wabah Virus Corona
Namun, ia menambahkan, seharusnya pemerintah desa mulai dari tingkat RT/RW hingga kepala desa harus mendata siapa saja mahasiswa asal luar DIY untuk diusulkan menerima bantuan.
"Karena pada prinsipnya, siapa pun yang terdampak Covid-19 harus mendapat bantuan," tegasnya.
Biwara mendesak supaya perangkat desa tingkat RT/RW di DIY, untuk segera melakukan pendataan bagi mahasiswa luar daerah untuk diusulkan menerima bantuan.
Terpisah, seorang Mahasiswi Asal Kalimantan, Dona Rotua menyampaikan kesulitannya selama masa pandemi.
Rupanya, selama lebih kurang dua bulan dirinya sudah terbiasa dengan perut kosong.
Bagi mahasiswi MMTC Yogyakarta ini justru lebih mementingkan ketersediaan kuota internet, daripada urusan perut.
Ia menceritakan masa sulitnya selama pandemi Covid-19 di DIY.
• UGM Bagikan Sembako untuk Mahasiswa dan Warga
Tak jarang Dona hanya satu kali makan dalam sehari.
"Karena warung langganan yang murah meriah ikut-ikutan tutup. Sementara di kampung tempat indekost ada lockdown lokal. Jadi andalkan pesen makanan lewat aplikasi online," katanya saat diwawancara melalui sambungan telepon.
Saat terhubung, suaranya yang terdengar ringan ini memang berharap ada jalan keluar dari masa sulit kali ini.
Namun, Dona sadar, dirinya belum memberikan penambahan pendapatan ke Pemda DIY.
"Jadi ya saya merasa bukan warga sini, dapat bantuan ya syukur, tidak ada pun ya tak apa-apa. Mau bagaimana lagi," katanya, pasrah.
Secara prinsip Dona tidak keberatan jika yang mendapat bantuan dari pemerintah hanya untuk mahasiswa yang tinggal di asrama saja.
Meski begitu, ia merasa berat jika terus menerus bertahan di tempat kostnya yang berada di Jombor Kidul, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman.
• Pemda DIY Rencanakan Berikan Stimulus bagi Mahasiswa Luar Daerah
Apalagi, dirinya mengakui jika kebutuhan internet untuk kuliah daring jauh lebih besar daripada kebutuhan makan sehari-hari.
"Mungkin bagi beberapa kampus ada yang mendapat bantuan internet. Di kami belum ada. Jadi harus rela makan satu hari sekali supaya cukup untuk kebutuhan lain," sambungnya.
Ia merinci, kebutuhan internet untuk satu kali kuliah online dengan menggunakan aplikasi virtual bisa mencapai 3 Giga Byte (GB).
Sementara untuk penggunaan perbulan biasanya Dona sudah menyisihkan uang sebesar Rp 130 ribu untuk kebutuhan internet saja.
Begitu adanya pemberlakukan kuliah online saat ini, kebutuhan internet menjadi prioritas dirinya daripada asupan makan.
Pernah di akhir Maret lalu, Dona benar-benar bisa dikatakan kelaparan.
• Bantu Mahasiswa yang Tidak Mudik Penuhi Kebutuhan Pokok, ITNY Bagikan 800 Paket Bantuan
Sementara uang kiriman bulanan sudah habis sebelum jatuh tanggal kiriman berikutnya.
Jatah makan satu hari sekali harus ia rasakan.
Terkadang ia hanya makan satu bungkus mie instan saja, demi internet tetap jalan.
Karena tempat kost-nya saat ini memang tidak menyediakan fasilitas wi-fi.
Sementara biasanya, ramaja usia 24 tahun ini memanfaatkan fasilitas wi-fi umum di beberapa tempat.
Semenjak diberlakukan pembatasan sosial, semua kebutuhannya harus ditanggung sendiri.
"Sebulan itu sudah saya jatah. Rp 130 ribu itu sudah cukup. Sekarang sudah tidak mampu kuota 31 GB saja hanya cukup dua minggu. Karena penggunaan kuliah online, jadi lebih memilih mengurangi makan untuj beli kuota," imbuh mahasiswi semester delapan ini. (TRIBUNJOGJA.COM)