Wabah Corona
Pandemi Corona, Ibu-ibu Desa di Srihardono Bantul Banting Stir Jahit APD
Puluhan Ibu-ibu di Padukuhan Seyegan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul ramai-ramai menjahit Alat Pelindung Diri (APD).
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Puluhan Ibu-ibu di Padukuhan Seyegan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Bantul ramai-ramai menjahit Alat Pelindung Diri (APD).
Ibu-ibu yang tergabung dalam 'Kelompok Berkarya' itu sebelumnya menjahit aneka kerajinan tas. Namun, sejak pandemi Virus Corona merebak, mereka banting stir menjahit masker, disposable gown hingga hazmat suit.
Ketua Kelompok Berkarya Seyegan, Purwanti menceritakan, alat pelindung diri yang dikerjakan pertama adalah masker.
Berawal dari banyaknya masker yang dijual dipasaran dengan harga mahal, sedangkan permintaan dan kebutuhan dimasyarakat cukup tinggi.
• Bupati Klaten Lakukan Gerakan Wajib Pakai Masker
Akhirnya Purwanti mengumpulkan teman-temanya yang merupakan binaan Suwardi Center itu untuk menjahit masker.
Masker buatannya dibanderol dengan harga cukup murah.
Masker berbahan Spunbond dihargai Rp 2.500/pcs.
Sedangkan masker kain harganya Rp 5000 sampai dengan Rp 6000/pcs.
"Permintaan masker sudah turun. Sekarang ini, kita menjahit baju yang kayak astronot," kata dia, Jumat (17/4/2020).
Baju sejenis astronot yang dimaksud Purwanti, bisa jadi adalah hazmat suit atau pakaian dekontaminasi.
Setelah masker, dia mengaku mendapatkan pesanan 500 pcs dari supplier Yogyakarta yang akan dikirim ke Jakarta.
Selain itu, ada juga pesanan jenis disposable gown.
Semua alat pelindung diri yang dijahit oleh Purwanti bersama teman-temannya itu, memang dihargai cukup murah.
Misalnya saja, untuk menjahit satu pcs disposable gown, diakui dia, cuma dihargai seribu rupiah. Sedangkan untuk hazmat, satuannya Rp 7.500.
Purwanti mengaku hanya menjahit kan saja. "Untuk bahan semuanya dari supplier" jelas dia.