Update Corona di DI Yogyakarta

Pemda DIY Mulai Kekurangan Bahan Uji Lab dan Rapid Test Covid -19

Hal itu disampaikan Ditya Nanaryo Aji, Perwakilan Gugus Tugas Covid-19 DIY bidang informasi dan komunikasi, saat Jumpa Pers di kantor Kesekretariatan

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
Dok Gugus Tugas BPBD Covid-19 DIY
Jumpa Pers di kantor Kesekretariatan Gugus Tugas BPBD DIY, Rabu (1/4/2020). 

Primer sendiri menjadi sangat pokok dalam tahapan uji lab dengan Swab.

Uji Lab PDP Virus Corona Belum Keluar, BBTKLPP Yogyakarta Terkendala Stok Primer

Karena hanya melalui campuran primer tersebut, nantinya para peneliti bisa mengetahui asam nukleat saat sampel mulai dilakukan pengujian.

"Oleh karenanya ini menjadi sangat penting. Saat ini masih ada, namun jumlahnya sangat sedikit. Hanya cukup untuk beberapa hari saja," ungkap dia.

Pemda DIY masih mengupayakan kekurangan bahan uji lan tersebut ke Pemerintah Pusat.

Sementara terkait hal lain, stok Rapid Test yang dikhususkan bagi tenaga medis dan keluarga pasien positif Covid - 19 juga mulai terbatas.

Hal itu membuat Pemda DIY harus menghemat alat untuk test massal tersebut.

Meski sebelumnya dikabarkan 14.400 Rapid Test sudah didistribusikan kepada tenaga medis di rumah sakit rujukan DIY.

Namun, Pemda DIY menekankan skala prioritas bagi penerima Rapid Test tersebut.

"Memang sudah ada bantuan, namun saat ini Pemda DIY menekankan skala prioritas. Hanya untuk keluarga pasien dan tenaga medis saja," katanya.

Belum ada informasi pasti mengenai ketersediaan hingga kini, namun, Ditya mengatakan jika stok alat tersebut juga sudah mulai menipis.

"Sudah mulai menipis, dan Pemda DIY belum ada informasi dari pusat, kapan akan disalurkan kembali bantuan tersebut," papar Ditya.

Pemkot Magelang Pesan 400 Rapid Test untuk Uji ke Masyarakat

Sementara itu, manajer Pusdalops BPBD DIY, Danu Samsurizal menambahkan, masyakarat saat ini banyak yang merasa panik dengan protap pemakaman korban meninggal akibat Covid-19.

Ia mengimbau supaya mulai sekarang masyarakat tidak perlu lagi takut, karena menurutnya, standar pemakaman korban positif yang meninggal seperti itu.

"Memang prosedurnya seperti itu, harus menggunakan APD dan mayat harus dibungkus. Masyarakat jangan lagi takut," ujarnya.

Danu menegaskan, tidak ada hal yang ditakutkan dalam pemakanan korban meninggal.

"Karena memang protapnya seperti itu, jadi jangan was-was lagi," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved