Disinggung Sri Sultan HB X Saat Pidato Virus Corona, Ini Isi Serat Kalatidha Karya Ronggowarsito

Disinggung Sri Sultan HB X Saat Pidato Virus Corona, Ini Isi Serat Kalatidha Karya Ronggowarsito

Editor: Hari Susmayanti
Pujangga Raden Ronggowarsito 

Artinya:

Sekadar menjalani hidup
hanya semata bertindak mengenakkan hati
asalkan tidak menjadi suatu masalah
dengan memperhatikan petuah orang tua
bahwa ikhtiar itu sesungguhnya
memilih jalan agar selamat
sambil terus berusaha
disertai dengan awas dan sadar
yang bertujuan agar mendapatkan kasih anugerah Tuhan.

XI

Ya Allah ya Rasulullah
kang sipat murah lan asih
mugi-mugi aparinga
pitulung ingkang nartani
ing alam awal akhir
dumunung ing gesang ulun
mangkya sampun awredha
ing wekasan kadi pundi
mila mugi wontena pitulung Tuwan.

Artinya:

Ya Allah, ya Rasulullah
yang bersifat pemurah dan pengasih
semoga berkenan melimpahkan
pertolongan yang menyelamatkan
di dunia hingga ke akhirat
tempat hidup hamba
padahal sekarang (hamba) sudah tua
pada akhirnya nanti bagaimana (terserah),
maka semoga ada pertolongan Tuhan.

XII

Sageda sabar santosa
mati sajroning ngaurip kalis
ing reh huru-hara
murka angkara sumingkir
tarlen meleng melatsih
sanityaseng tyas mamatuh
badharing sapudhendha
antuk wajar sawatawis
borong angga suwarga mesi martaya.

Artinya:

Semoga dapat sabar sentosa
laksana mati di dalam hidup
terbebas dari segala kerusuhan,
angkara murka, tamak, loba menyingkir semua
tiada lain karena berkonsentrasi diri memohon kasih Tuhan
senantiasa melatih hatinya patuh
agar dapat mengurungkan kutukan
sehingga mendapatkan sinar terang sekadarnya
berserah diri agar dapat masuk surga yang berisi keabadian.

Raden Ngabehi Rangga Warsita (Ronggo Warsito) bernama asli Bagus Burhan.

Dia adalah pujangga besar yang hidup di Kasunanan Surakarta.

Ia dianggap sebagai pujangga besar terakhir Tanah Jawa.

Lahir di Surakarta 15 Maret 1802 dan meninggal dalam usia 71 tahun pada 24 Desember 1873.

Bagus Burhan adalah putra dari Mas Pajangswara atau Mas Ngabehi Ranggawarsita, cucu Yasadipura II.

Serat Kalatidha merupakan karya sastra yang bermula dari kegelisahan Ronggo Warsito melihat kondisi pemerintahan saat itu.

Ronggo Warsito menjelaskan dalam syairnya mengenai derajat negara yang terlihat suram.

Pelaksanaan undang-undang rusak akibat tidak adanya teladan dari para pembuatnya.

Padahal orang-orang di pemerintahan adalah orang-orang terpilih dan mulanya bercita-cita ingin menyejahterakan rakyat kecil.

Lalu ia mengatakan, orang-orang baik di negara tersebut justru tersingkirkan.

Di akhirnya syairnya, Ronggo Warsito mengajak masyarakat untuk menjauhi keramaian duniawi.

Hal itu supaya mendapatkan hidayah dan keselamatan dari Tuhan dan Rasul-Nya.

Apabila kita mengkaji dan menikmati tiap bait Serat Kalatidha, masih sangat relevan dengan situasi Indonesia saat ini.

Kasus korupsi di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif masih masif.

Jabatan di pemerintahan dengan sangat mudah bisa dijualbelikan oleh orang-orang yang punya kedudukan.

Maka perlu sekiranya kita mengkaji Serat Kalatidha sembari melakukan renungan.

Demikian lirik syair Serat Kalatidha karya pujangga Jawa Ronggo Warsito.

Semoga bermanfaat bagi Anda.

Sebelumnya, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X secara khusus memberikan pesan kepada masyarakat Yogyakarta terkait dengan wabah virus corona yang terjadi di Indonesia.

Berikut pesan lengkap Sri Sultan Hamengku Buwono X :

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, semoga kedamaian keberkahan dan rahmat Tuhan YME senantiasa menyertai kita semua.

"Para warga Jogjakarta juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah, saudara-sudaraku semuanya.

Saya Hamengkubowo pada hari ini yang syarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh pujangga Ronggowarsito dalam serat kalatidha.

Suasana Tidha-tidha (tak pasti) yang sulit diramal penuh rasa was-was, saya mohon para warga agar warga secara bersama-sama, memanjatkan doa kehadirat Alloh SWT, agar kita diberi petunjuk di jalan lurusnya.

Kembali pada ketentraman yang hakiki.

Dimasa tanggapan darutat bencana virus corona ini, kita harus menghadapi dengan sikap sabar dan tawakal

Tulus ikhlas, pasrah lahir batin disertai ikhtiar yang berkelanjutan.

Sama seperti juga seperti bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong projo beserta pemomong rakyat Jogjakarta.

Harus berpegang teguh pada ajaran jawa, Wong Sabar Rejekine Jembar, Ngalah Urip Luwih Berkah.

Suasana ini ibarat mata uang logam di balik bahaya ada peluang, bagaikan pedang bermata dua, bisa membunuh musibah atau bertahan hidup.

Islam mengajarkan dibalik cobaan ini selalu ada berkah yang datang kemudian.

Kemudahan memang tampak enak dan bisa membuat orang terlena.

Dimana seorang sopir mobil mengantuk? bukan dijalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus.

Pepatah Jawa mengatakan, Kesandung ing Rata Kebentus ing Tawang.

Saudara-saudaraku warga Jogja yang saya cintai.

Berbeda dengan bencana gempa tahun 2006 yang kasat mata.

Sekarang ini, virus corona itu jika memasuki badan tidak bisa kita rasakan dan menyerang tak terduga-duga.

Menghadapi hal itu kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin dan menjalankan aturan baku dari sumber resmi terpercaya.

Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan, mana berita hoax, mana-mana yang benar-benar nalar.

Pepatah Jawa kembali mengatakan, Gusti Paring Dalan Kanggo uwong sing gelem ndalan.

Karena itu sebagai mitigasi bencana non alam ini, Daerah Istimewa Yogyakarta belum menerapkan Lockdown.

Melainkan Calmdown untuk menenangkan batin dan meningkatkan kepercayaan diri.

Agar eling lan waspodo.

Eling atas sang sang maha pencipta dengan laku spiritual

Lampah ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayomannya.

Waspada melalui kebijakan slowdown, sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona.

Dengan cara reresik diri dan lingkungannya.

Kalau merasa tidak sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib mengisolasi diri pribadi selama 14 hari.

Sama dengan masa ingkubasi penyakitnya, jaga diri, jaga penyakitnya jaga persaudaraan.

Jaga jarak aman dan menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul.

Bisa jadi kita merasa sehat tapi sesungguhnya tak ada seorang pun yang bisa memastikan kita yang benar-benar sehat.

Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit, karena itu saya mengingatkan, pada pepatah jawa.

"Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan”

Pesan saya singkat, waspadalah dan berhati-hatilah, saudara-saudaraku doaku buat untuk seluruh warga, Sehat sehat sehat.

Semoga Gusti Alloh berkenan meridhoinya. Amin.... 

 (Tribunjogja/Tribunjateng)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Lirik Syair Serat Kalatidha, Ramalan Zaman Edan Ronggo Warsito, .

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved