Jawa

Komunitas Difabel Desa Bero Berdayakan Difabel Agar Mandiri dan Produktif

Komunitas Difabel Berdikari telah menghasilkan sabun cuci piring, pewangi pakaian, keranjang berbahan limbah tali, dan aneka camilan lezat.

Penulis: Victor Mahrizal | Editor: Gaya Lufityanti
Dokumentasi Pemkab Klaten
Komunitas Difabel Berdikari di Desa Bero, Kecamatan Trucuk memberikan wadah bagi para penyandang kebutuhan khusus untuk berkarya. Karya mereka pun turut dipamerkan dalam acara Sambang Warga di Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, Selasa (10/3/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Victor Mahrizal

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Menyandang kebutuhan khusus tidaklah menjadi penghalang untuk selalu mandiri dan berkarya.

Adanya Komunitas Difabel Berdikari di Desa Bero, Kecamatan Trucuk  memberikan wadah bagi para penyandang kebutuhan khusus untuk berkarya.

Beragam hasil karya berupa sabun cuci piring, pewangi pakaian, keranjang berbahan limbah tali, dan aneka camilan lezat bernilai ekonomis mampu dihasilkan oleh mereka.

Hasil karya mereka pun turut dipamerkan dalam acara Sambang Warga di Desa Sumber, Kecamatan Trucuk, pada Selasa pagi (10/3/2020).

Kisah Sukses Triyono, Penyandang Disabilitas Asal Yogyakarta yang Sukses Rintis Ojek Khusus Difabel

Bupati Klaten Sri Mulyani yang hadir di stand mereka pun turut memuji hasil karyanya.

Komunitas difabel yang dirintis sejak 4 tahun lalu ini terdiri dari anggota dengan jenis disabilitas yang berbeda seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa.

Setiap bulannya, lebih dari 25 orang anggota komunitas ini secara rutin melakukan pertemuan.

Adalah Sunarti (50) salah satu pegiat disabilitas di Desa Bero.

Dengan dukungan dari Pemerintah Desa Bero, dirinya berkeinginan agar penyandang disabilitas di daerahnya mampu mandiri dan produktif.

"Didorong oleh Pemerintah Desa Bero, Komunitas difabel ini ada untuk memberdayakan teman-teman difabel di Desa Bero, Trucuk, agar mereka bisa mandiri dan tidak bergantung pada belas kasihan. Kita selain ada kegiatan untuk menghasilkan produk, kita adakan pertemuan rutin setiap bulan ada juga Posyandu Difabel, juga Terapi," terang Sunarti.

Mereka mampu menghasilkan aneka produk bernilai praktis dan ekonomis.

Misalnya produk sabun cair cuci piring dengan kemasan botol 600 ml dihargai Rp 7.500 saja, Pewangi Pakaian dengan kemasan 600 ml dihargai Rp 16.000, Keranjang Berbahan limbah tali dengan harga Rp 8.000 hingga Rp 30.000.

Kunjungi Tribun Jogja, Dwi Sasono dan Widi Mulia Promosikan Film Buku Harianku 

Selain produksi barang tersebut, mereka juga turut memproduksi aneka camilan keripik yang lezat.

Produk mereka nantinya dipasarkan dengan  dititipkan, dijual secara langsung dan berkeliling, atau dipamerkan dalam beberapa acara pertemuan di tingkat kecamatan. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved