Aksi Gejayan Memanggil
Tashoora Ikut Suarakan Menolak Omnibus Law di Gejayan Memanggil
Tashoora yang selalu menyematkan isu-isu sosial di setiap karyanya turut andil memberikan semangat dan menyerukan penolakan Omnibus Law.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Tak hanya orasi-orasi penolakan Omnibus Law yang lantang terdengar dalam aksi Gejayan Memanggil, Senin (9/3/2020), tapi seniman-seniman turut menyuarakan perlawanan di atas panggung dadakan di tengah simpang tiga jalan Colombo.
Tashoora band asal Yogyakarta yang selalu menyematkan isu-isu sosial di setiap karyanya turut andil memberikan semangat dan menyerukan penolakan Omnibus Law.
Rencananya mereka akan tampil full band, namun karena keterbatasan waktu dan kondisi mereka hanya membawa satu lagu untuk menyatukan semangat para peserta aksi.
• Tolak Omnibus Law, Aliansi Mahasiswa Gelar Aksi Gejayan Memanggil
Lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki dibawakan oleh mereka dengan format akustik, lirik itu pun disambut peserta aksi lain dan seperti paduan suara mereka lantang menyanyikannya.
Bagi setiap personelnya aksi ini bukan hal yang baru. Danang Joedodarmo (vokal/gitar) mengatakan dalam Gejayan Memanggil pertama dan kedua mereka turut terlibat menjadi masa aksi.
Kini mereka berkontribusi menyerukan perlawanan dengan menampilkan beberapa repertoar.
"Melihat perlawanan yang kita lakukan pada RKUHP dan UU KPK kembali menguatkan fakta bahwa melawan pembuatan RUU yang awur-awuran harus jalan bareng," ujarnya.
Menurutnya rakyat harus merapatkan barisan, harus saling menguatkan karena menurutnya pemerintah tidak punya keberpihakan terhadap kemanusiaan.
• Super Gampang! Tutorial Make Up Khusus untuk Musim Hujan
Sementara itu, Awan (vokal/gitar) mengatakan Tashoora bagian dari rakyat. Ia menyatakan, ketika pemerintah dianggap salah, berkonsolidasi 24 jam sehari untuk menguasai resource negara ini, maka sebagai rakyat juga harus bisa berkonsolidasi juga.
"Kita harus bisa melakukan hal serupa untuk bisa melawan itu semua," ujarnya.
Gusti Arirang (vokal/bas gitar) menambahkan, mereka di sana bersama mahasiswa lainnya berusaha menggagalkan Omnibuslaw dan salah satunya juga menggagalkan RUU ketahanan keluarga.
"Secara khusus kami bersama-sama berusaha menggagalkan usaha pemerintah yang mendiskreditkan atau melecehkan dan merendahkan peran perempuan," tegasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)