Yogyakarta

Tidak Ada Kasus Positif COVID-19 di Sardjito

Mereka yang masuk pemantauan ini adalah yang memiliki keluhan demam, batuk pilek ringan dengan riwayat perjalanan di endemis COVID-19, tapi tidak ada

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Kurniatul Hidayah
Tim Airbone Diseased RSUP dr Sardjito, Ika Trisnawati (kanan) 

Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tim Airbone Diseased RSUP Dr Sardjito, Ika Trisnawati
menjelaskan bahwa di RSUP Dr Sardjito sampai Kamis (5/3/2020) tidak ada pasien yang memberikan hasil positif COVID-19.

"Terakhir ada dua pasien sedang dirawat. Satu pasien tidak indikasi virus, tapi bakteri. Dan satu lagi yang sedang dalam observasi adalah WNA. Dia dalam kondisi baik, kita sedang menunggu hasil pemeriksaan dari Litbangkes," ujarnya dalam Jumpa Pers di Gedung Pracimasana Kompleks Kepatihan, Kamis (5/3/2020).

Ika menambahkan WNA Jepang menjalani perawatan hari kedua pada Kamis (5/3/2020).

Ia menjelaskan bahwa yang bersangkutan mengalami demam dengan ada infeksi paru-paru.

Total Ada 4 Rumah Sakit Rujukan COVID-19 di DIY 

"Sekarang sudah membaik, stabil, demam sudah tidak ada. Mudah-mudahan hasilnya negatif. Kita tinggal menunggu dari Litbangkes. Hasilnya 4-5 hari," ucapnya.

Semua pasien yang masuk dengan suspek atau dicurigai COVID-19, ditempatkan di ruang isolasi dan selalu dilakukan notifikasi penyampaian informasi ke Dinkes DIY, lalu Dinkes DIY melanjutkan sampai Kemenkes.

"Jadi Pasien yang dirawat ini tidak hanya diketahui pihak Sardjito namun juga Dinkes dan Kemenkes," tuturnya.

Adapun ada dua langkah yang dilakukan dalam menangani pasien suspek COVID-19 yakni pemantauan dan pengawasan.

Pemantauan untuk pasien risiko COVID-19 lebih rendah dan dilakukan dari jarak jauh.

Mereka yang masuk pemantauan ini adalah yang memiliki keluhan demam, batuk pilek ringan dengan riwayat perjalanan di endemis COVID-19, tapi tidak ada infeksi paru-paru.

BPBD DIY dan Dinkes DIY Utamakan Sosialisasi untuk Pencegahan Virus Korona

"Jadi parunya bersih. Orang batuk dari saluran nafas atas. Dia yang mendatangi Jepang atau China, menunjukkan gejala batuk demam, paru-paru bersih, kita pulangkan. Observasi 14 hari di rumah. Kami berikan kartu pemantauan, akan dicentang-centang setiap harinya. Pasien datang lagi ke Sardjito hari ke 15, bukti dia diobservasi. Lalu kami bisa keluarkan surat keterangan sehat," terangnya.

Selanjutnya untuk pengawasan dilakukan dari dekat dan memiliki risiko COVID-19 tinggi.

"Sudah ada infeksi paru. Harus ada bukti dokter infeksi paru dan dibuktikan dengan tontgen ada infeksi paru. Gangguan ini berada pada saluran nafas bagian bawah. Pasien pemantauan dan pengawasan boleh meminta surat sehat dari dokter," terangnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved