Wabah Virus Corona
Setelah Masker dan Hand Sanitizer, Kini Empon-empon Corona Diburu Warga, Harganya Ikut Naik
Maka tak heran jika masyarakat kini kembali memburu empon-empon di pasar-pasar tradisional demi membentengi diri dari virus corona.
Setelah Indonesia melaporkan kasus pasien virus corona, publik di Tanah Air berlomba-lomba untuk melakukan pencegahan penularan virus yang mengakibatkan penyakit pernafasan ini.
Masker, hand sanitizer menjadi barang langka lantaran masyarakat berlomba-lomba untuk melindungi diri dari penularan virus corona.
Selain sering mencuci tangan, pakar kesehatan menyebut salah satu cara pencegahan corona yakni dengan meningkatkan imunitas tubuh. Dan di Indonesia, pencegahan bisa dilakukan dengan mengonsumsi empon-empon alias rempah Nusantara.
Ya, empon-empon atau rempah ternyata bisa menjadi penangkal ampuh virus corona atau COVID-19. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Dr Chairul Anwar Nidom.
Dalam penelitian yang dilakukannya, kandungan dalam empon-empon tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
"Corona ini kan virus ya bukan bakteri. Jadi berkaitan sekali dengan daya tahan atau kekebalan tubuh. Semakin baik kekebalan tubuh, semakin baik pula reaksi dalam menangkal virus," ujarnya dilansir SURYAMALANG.COM, Senin (2/3/3030) malam.
Laki-laki yang juga Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut menuturkan, dalam penelitiannya ia menemukan kandungan dalam empon-empon bisa menangkal virus corona.
Menurutnya, empon-empon yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia seperti jahe, kunyit, temulawak, serai, kayu manis dan lainnya memiliki kandungan curcumin.
"Curcumin yang menjadi penangkal terhadap virus. Ketika seseorang mengonsumsi empon-empon, curcumin dari dalam empon-empon akan keluar dan masuk dalam tubuh. Kemudian di situ curcumin bekerja mengendalika sitokin," ujarnya.
Cara kerja empon-empon, lanjut Prof Dr Nidom, kandungan bahan aktif curcumin yang masuk dalam tubuh akan bereaksi menangkal virus.
Curcumin, katanya, akan mengendalikan produksi sitokin dalam sel yang muncul akibat ingeksi virus.
"Sebelumnya saya pernah meneliti soal kasus flu burung. Pada penelitian itu terlihat bahwa infeksi virus yang masuk menyebabkan produksi sitokin meningkat sehingga menyebabkan pengerusakan sel secara terus menerus atau sering disebut badai sitokin," ia memaparkan.
"Jadi meskipun ada virusnya dalam tubuh, yang terinfeksi tidak akan apa-apa. Karena produksi sitokin itu tadi terhalang curcumin. Sebenarnya kan yang menyebabkan kerusakan bukan virusnya, tapi munculnya sitokin," jelas Prof Dr Nidom.
Ditanyai soal seberapa besar kadar empon-empon yang harus dikonsumsi untuk menangkal virus, Prof Dr Nidom belum memberikan penjelasan secara pasti.
"Kalau kadar empon-empon ini kan sesuai selera saja. Jangan dipaksakan makan terlalu banyak juga kalau tidak suka. Tapi empon-empon untuk vaksin yang sudah terjangkit kami masih dalam tahap penelitian," ujarnya.

Ia berharap, dengan dikonsumsinya empon-empon tersebut bisa menurunkan tingkat kematian akibat virus corona di dunia dan Indonesia khususnya.
Peneliti asal Surabaya berhasil menemukan penangkal virus corona dari bahan-bahan alami yang sering dikonsumsi masyarakat.
Penangkal tersebut berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dampak infeksi virus bisa berkurang.
Bahan alami yang bisa menjadi penangkal corona yakni empon-empon atau rempah. Bahan-bahan ini kerap kali menjadi bumbu dapur keluarga di Indonesia.
Prof Dr Chairul Anwar Nidom, peneliti yang berhasil merumuskan penangkal virus tersebut mengatakan, dalam proses penemuannya tidak memerlukan waktu cukup lama.
Sebelumnya, pada tahun 2006-2007 ia mengatakan pernah meneliti kasus infeksi virus flu burung yang memiliki dampak hampir sama seperti virus corona.
"Di tahun 2006-2007 lalu saya pernah meneliti soal infeksi virus flu burung. Cata kerja virus ini adalah meningkatkan produksi sitokin dalam tubuh. Sitokin itu yang menyebabkan kehancuran sel-sel," kata Prof Dr Nidom, Senin (2/3/2020).
Menurutnya, infeksi virus corona bekerja hampir sama dengan virus flu burung, namun corona memproduksi sitokin yang lebih rendah dari flu burung.
Pada penelitian sebelumnya, Nidom menemukan bahwa zat aktif curcumin bisa menangkal infeksi virus tersebut.
Curcumin sendiri bisa ditemukan dalam empon-empon seperti jahe, kunyit, temulawak, serai, kayu manis dll.
"Kandungan curcumin di empon-empon ini ternyata sangat bagus. Tapi waktu itu saya tidak lanjutkan penelitian soal empon-empon karena harus membuat vaksin flu burungnya," ia memaparkan.
Ia menuturkan, ketika dunia dihebohkan dengan infeksi virus corona, Prof Dr Nidom menemukan kemiripan dengan virus yang ia teliti sebelumnya dan berhasil merumuskan empon-empon sebagai penangkal virus yang ampuh.
Menurutnya, kandungan curcumin tertinggi dalam empon-empon terdapat pada jahe dan kunyit.
"Curcumin yang masuk dalam tubuh akan bereaksi menghentikan produksi sitokin akibat infeksi virus. Sitokin yang bisa menyebabkan kerusakan sel secara terus menerus tidak akan diproduksi dengan adanya curcumin. Jadi meski virusnya ada sel tidak rusak," ujarnya.
Saat ini, Prof Dr Nidom sedang dalam tahap penelitian untuk menguji empon-empon sebagai pengobatan.
Ia menjelaskan tengah melakukan tiga uji coba penelitian menggunakan hewan.
Hewan pertama diberi curcumin kemudian diinfeksi virus, hewan kedua diberi curcumin dan infeksi virus secara bersamaan dan ketiga diinfeksi virus dulu baru diberi curcumin.
"Harapannya yang ketiga itu nanti bisa jadi obat atau vaksin untuk kasus corona yang sedang marak saat ini," pungkasnya. (Tribunjogja.com/Surya Malang/Luthfi Husnika)