Yogyakarta
Kisah Sukses Triyono, Penyandang Disabilitas Asal Yogyakarta yang Sukses Rintis Ojek Khusus Difabel
Kisah Sukses Triyono, Penyandang Disabilitas Asal Yogyakarta yang Sukses Rintis Ojek Khusus Difabel
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM,YOGYA - Berawal dari keresahannya lantaran transportasi umum yang dinilai belum ramah terhadap difabel, Triyono (37) seorang penyandang disabilitas asal Yogyakarta ini merintis bisnis ojek online khusus difabel.
Bisnis ojek online khusus difable ini dia rintis bersama dua rekannya sejak 2014 silam.
Triyono merintis bisnis ojek online khusus difable dengan nama Difa Bike.
Difa Bike berkantor di Jalan Srikola Nomor 5a, Bugisan, Yogyakarta.
Kini, usaha yang dirintis oleh Triyono dan kawan-kawanya sudah berkembang pesat.
Triyono menceritakan kesuksesannya mengembangkan bisnis ojek online khusus difabel ini karena ingin membantu sesama penyandang cacat untuk bepergian.
Sebab, selama ini, di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, fasilitas transportasi umum banyak yang belum ramah dengan difabel.
Dirinya mencontohkan banyaknya halte yang terlalu tinggi untuk dilewati difabel yang menggunakan kursi roda.
Ditambah lagi banyak sopir bus kurang menepi saat berhenti di halte sehingga membuat para difabel kesulitan kalau harus sedikit melompat.
• Kisah Sukses Purwanto, Peternak Ikan Koi asal Bantul, Pernah Jual Ikan Seharga Rp 174 Juta
• Lagi-lagi Bikin Iri, Raline Shah Hadiri Oscar 2020 Sempatkan Foto Bareng Pemain Parasite
Dari berbagai pertimbangan tersebut ia nekat membuat ojek khusus untuk para difabel.
Saat merintis usahanya ia bersama teman-teman banyak dipandang sebelah mata.
Bahkan rekan-rekannya sesama penyandang catat patah semangat.
Namun keteguhannya mengembangkan usaha ojek khusus difabel ini akhirnya berbuah manis.
Sepeda Motor Khusus
Kendaraan yang digunakan untuk ojek khusus difabel ini menurut Triyono berbeda dengan kendaraan ojek umumnya.
Sepeda motor ojek khusus difabel ini dimodifikasi sedemikian rumah agar memudahkan para difabel untuk menaikinya.
Sepeda motor diberi tambahan pada bagian kiri berupa tempat duduk dan atap.
Tempat duduk yang berada di samping kiri dapat diturunkan, bertujuan untuk memudahkan para difabel naik. Karena kebanyakan pengguna jasanya adalah para difabel yang memiliki kekurangan pada bagian kaki.
"Awal-awalnya kita sempat menyasar semua kalangan, tetapi malah teman-teman banyak yang bercerita kalau banyak diremehkan. Ada yang ngomong untuk berdiri saja susah apalagi membawa penumpang, melihat itu kami langsung mengkhususkan menjemput difabel," katanya saat ditemui Tribunjogja, Selasa (11/2/2020).
• Kronologi Baim Wong Temukan Sopir yang Ajak Bayinya Narik Angkot Trayek Johar-Mangkang Semarang
Ia menambahkan saat merintis Difa Bike, dirinya ingin bekerjasama dengan ojek online yang ada.
Namun, Triyono bersama teman difabel kesulitan untuk menembus kerjasama dengan penyedia ojek online.
"Sulit untuk tembus kerjasama karena mereka fokus pada roda dua (ojek) dan roda empat (taxi online)," ujarnya.
Saat ini difa bike telah beranggotakan sebanyak 26 driver yang setiap harinya mengantar sesama difabel atau masyarakat umum.
Ia mengkhususkan para driver Difa Bike yang belum pernah bersekolah atau hanya tamatan kelas tiga SD.
"Sudah pasti mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan pasti memiliki ekonomi yang kurang. Difa Bike ini khusus untuk mereka, dan yang kedua khusus domisili Yogyakarta," ungkapnya.
Terbang ke Inggris
Kesuksesan Triyono mengembangkan Difa Bike ini membawanya terbang ke Inggris.
Ya, Triyono mendapatkan undangan menjadi pembicara dalam program Developing Inclusive and Creative Economics (DICE) di London pada bulan Juni 2019 lalu.
"Tahun kemarin ke Inggris, selama di sana saya coba semua transportasi umum, dan memang di sana lebih ramah terhadap difabel. Saya coba dari mulai kereta bawah tanah, tengah-tengah, dan di atas tanah, setiap stasiun ada petugas yang membantu para difabel," ujarnya.
Jasa City Tour
Setelah bisnis Difa Bike yang dirintis mulai berkembang, Triyono mencoba untuk mengembangkan layananya.
Jika dulu hanya sebatas mengantar jemput penumpang, kini Difa Bike juga menyediakan layanan wisata City Tour keliling Kota Yogyakarta.
Layanan ini dbuka setiap akhir pekan.
Jasa keliling kota ia buka lantaran banyak pengemudi yang jenuh jika hanya mengantar penumpang saja.
"Konsumen kami kan bisa dikatakan itu-itu saja mengantar dari rumah, kontrol ke rumah sakit, dan kembali lagi ke rumah. Banyak dari teman teman yang merasa bosan city tour ini untuk selingan mereka," ujarnya.
Untuk sekali keliling kota Yogyakarta Ia hargai sebesar Rp 100-150 ribu, yang mengelilingi lokasi wisata di Yogyakarta seperti Keraton dan Malioboro.
Dari city tour tersebut dirinya mengetahui bahwa masih banyak teman-teman difabel yang masih terkucilkan. Bahkan dirinya sempat menemui ada seorang difabel (tidak bisa berjalan) yang telah 25 tahun hidup di Yogyakarta baru mengetahui secara langsung bentuk Tugu Yogyakarta.
"Saya yakin masih banyak teman-teman terutama di pinggiran kota Yogyakarta yang belum mengetahui Tugu Yogya. Karena kebanyakan dari mereka hanya di depan rumah, makan," ungkapnya.
Serlain City Tour, menurut Triyono, Difa Bike juga mulai membuka layanan baru berupa Difa Massage.
"Ini baru satu tahun ini tetapi karena belum ada peminatnya ya saya bebaskan mereka buka praktik di panti pijat," ujarnya. (Tribunjogja/Wisang Seto Pangaribowo)