Bantul
Tangis Haru Lansia Asal Bantul Saat Mendapat Bantuan Beras
Mbah Wajem menjalani hari tua seorang diri setelah suaminya meninggal dunia sekitar 15 tahun silam.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sambil membungkuk, Mbah Wajem berjalan pelan, menyambut kedatangan mobil yang berhenti tak jauh dari rumahnya.
Perempuan berusia 80 tahun itu baru saja mengais gabah dari sawah di samping rumah, ketika mobil Komunitas Berbagi Beras (KKB) datang kemudian menyerahkan sepaket beras dan nasi kotak.
Mulut dia, seketika merapalkan pujian dan doa.
"Alhamdulillah. Kulo ndungakke mugo mugo diparingi kewarasan penjenengan sedoyo. (Saya mendoakan semoga diberikan kesehatan semuanya-red)," ucap Mbah Wajem, seraya menerima bantuan, Minggu (26/1/2020).
Mbah Wajem mengaku tidak bisa membalas apa-apa.
• Komunitas Berbagi Beras Bagikan 4,44 Ton Beras Kepada Dhuafa dan Lansia
Menurutnya, Tuhan nanti yang akan membalas semuanya.
Ia lalu terdiam dan tak tahu harus bagaimana.
Matanya kemudian terlihat berbinar.
Tangan kanannya yang sudah mulai buyutan, mengusap air yang mulai menganak di pelupuk matanya.
Ia menangis.
"Matur nuwun, panjenengan masih ngewangi kulo. (Terima kasih, anda masih membantu saya-red)," tutur Mbah Wajem, setelah tangisnya mereda.
Mbah Wajem tinggal sebatang kara di sebuah rumah sederhana di Dusun Selobentar, Desa Trimurti, Srandakan Bantul.
Ia terpaksa menjalani hari tua seorang diri setelah suaminya, Pak Bejo, meninggal dunia sekitar 15 tahun silam.
Ia tak memiliki penghasilan apa apa.
• 5 Tahap Mudah Tutorial Skincare Morning Routine, Jaga Kulit Wajah Agar Sehat Sedari Pagi
Urusan makan terkadang masih diberi oleh anaknya yang saat ini hidup bersama menantunya di lain kecamatan.