Kolaborasi Seni Antara Bali dan Borobudur Tersaji di Pameran Seni 'Special Perception' di Borobudur
Seni dari dulu memang sudah menjadi bahasa, dan melalui karya-karya seni, para seniman tersebut ingin berbicara.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Tarian Topeng Keras yang ditampilkan oleh siswa sekolah dasar, Dewa Ray Galah, mengiringi pembukaan pameran seni 'Special Perception' dari delapan seniman dari Bali, di Galeri Seni Limanjawi Arthouse, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/1/2020).
Seniman yang berpameran Dewa Made Mustika, Dewa Made Johana, Ida Bagus Komang Sindu Putra, I Gusti Agung Bagus Ari Marutha, Made Gede Putra, I Nyoman Arisana, Putu Sastra Wibawa, dan Widhi Kertiya Semadi.
Delapan seniman itu jauh-jauh menyeberang dari Pulau Dewata ke Borobudur, demi untuk membagikan persepsi mereka akan alam, budaya dan spiritualitas dalam karya seni lukisan yang apik.
Seni dari dulu memang sudah menjadi bahasa, dan melalui karya-karya seni, para seniman tersebut ingin berbicara.
"Seni rupa adalah bahasa sistem, bahasa spesifik dari komunikasi. Suatu pernyataan dari seniman yang mempergunakan bahasa khas, bahasa visual. Dalam berkarya, mereka menghadirkan pernyataan, menghadirkan persepsi, apa yang dilihat, diserap lewat proses indrawi, secara visual diopah dan diintrepretasi menjadi karya visual," kata Kurator Pameran 'Special Perception', Made Susanta Dwitanaya, Minggu (19/1/2020) di sela pembukaan pameran.
Karya seni dalam pameran ini tercipta bermula dari persepsi yang khas dan spesial dari masing-masing perupa.
Persepsi akan persoalan alam. budaya, spiritualitas dan seni rupa. Melalui persepsi yang khas itu, karya-karya seni itu dapat hadir.
Tentunya dengan pemahaman antar sesama seniman Bali dan Borobudur membuat karya itu dapat hadir di Borobudur.
"Proses ini sudah setengah tahun. Ketika itu salah satu teman, berkoordinasi merancang pameran, menghadirkan perupa dari Bali dan mereka yang bermukim di Yogyakarta. Pameran ini menjadi bentuk dialog dan pertemuan seniman Bali yang dapat menghadirkan karya di Borobudur. Borobudur ini adalah pusat kebudayaan di nusantara dan dunia. Peninggalan capaian peradaban leluhur. Pameran ini pun dapat menjadi wahana dialog apresiasi yang menjadikan kesenian menjadi bahasanya," katanya.
Beberapa karya yang dapat dilihat dalam pameran ini seperti Face karya Widi Kertiya Semadi, dua wajah yang dibentuk secara mozaik dengan bulatan-bulatan merah serupa stempel.
Kemudian lukisan yang digambarkan secara kolosal berjudul Pertaruangan Singa dan Lembu dan Gotong Royong karya Nyoman Arisana.
Karya lukisan lain juga tak kalah apik dibanding tiga lukisan tersebut.
Seniman, Nyoman Ali Mustapa, mengatakan, pameran ini menjadi sesuatu yang istimewa.
Seni dapat berupa lukisan, patung dan batik, dan dalam pameran ini mereka, seniman dari Bali ingin unjuk gigi.