Peran Intelijen Israel Bantu Operasi Amerika Bunuh Jenderal Iran

ntelijen Israel dilaporkan membantu operasi AS dalam membunuh jenderal Iran, Qasem Soleimani, pada 3 Januari. Washington memberi tahu ISrale

Editor: Iwan Al Khasni
via www.rferl.org
Jenderal Iran, Qasem Soleimani 

Resolusi itu tidak mengikat, tetapi dimaksudkan untuk menegaskan kembali otoritas kongres dan memperingatkan Presiden Trump tindakannya membunuh Qassem salah, dan sudah merupakan bentuk pernyataan perang.

Trump baru memberitahukan pemimpin Kongres sesudah operasi dilaksanakan, demi alasan kerahasiaan.

Dalam pidato nasionalnya, Trump sama sekali tidak menyinggung aksi balasan militer setelah Iran menyerang pangkalan AS di Irak.

Di Balik Pembunuhan Qassem Soleimani Ada Konflik Melibatkan China dan Saudi

Mayor Jenderal Qassem Soleimani
Mayor Jenderal Qassem Soleimani (Al Jazeera)

Pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani meninggalkan misteri tentang apa latar belakang, maksud dan tujuan operasi keji yang dijalankan Pentagon dan CIA.

Betulkah hanya karena ambisi Donald Trump merebut simpati jelang Pilpres AS dan proses pemakzulan dirinya? Benarkah ini murni konflik AS vs Iran?

Betulkah Qassem Soleimani dan Pasukan Quds sedang menyiapkan serangan khusus ke pasukan AS? Ada apa di balik tragedi di Baghdad yg hampir menyulut perang besar ini?

Federico Piaracinni dari The Strategic Culture Foundation dan analis independent tentang geopolitik menulis di situs The Duran, Kamis (9/1/2020). Sebab pembunuhan Qassem menurutnya jauh lebih pelik dari yang dibayangkan orang.

Peristiwa itu termasuk klimaks ketegangan antara Trump dan PM Irak Adil Abdul Mahdi. Spektrum peristiwanya menyangkut kepentingan besar China, Saudi Arabia, dan juga Qatar.

Kasusnya juga menyangkut bisnis migas Timur Tengah, pemenuhan infrastruktur dan kelistrikan di Irak, serta masa depan dolar AS sebagai alat transaksi dagang internasional.

Kok bisa? Begini konstruksi ceritanya menurut Pieracinni. Kisah gelap ini sesungguhnya dibuka Adil Mahdi lewat serangkaian pernyataannya di televisi setelah Soleimani terbunuh.

Lebih detil lagi diungkapkan di parlemen Irak, meski usahanya membuka rahasia ini dihalang-halangi AS lewat Ketua DPR Irak, Mohammad al-Halboussi. Tokoh ini berlatar Sunni, dan punya loyalis cukup kuat.

Gedung Putih menggunakan golongan ini untuk menekan Adil Abdul Mahdi. Lantas kenapa Abdul Mahdi yang digencet? Trump dan Abdul Mahdi selama berminggu-minggu ternyata terlibat pembicaraan sangat serius.

Akdi demonstrasi besar di Irak akhir tahun lalu, tak lepas dari masalah ini. AS memang ada di balik gerakan mendelegitimasi pemerintahan Abdul Mahdi dengan isu korupsi.

Persis seperti pola gerakan massa yang digunakan di Mesir 2009, Libya 2011, Maidan 2014. Irak di tengah gejolak ini ternyata sedang bernegosiasi dengan China terkait proyek kelistrikan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved