Yogyakarta

Dosen UGM Kembangkan Pertanian Cerdas untuk Hitung Gas Emisi Rumah Kaca di Lahan Pertanian

Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho membuat terobosan baru di bidang pertanian.

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
PENGEMBANGAN PERTANIAN CERDAS. Dosen Departemen Tehnik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho menerangkan hasil penelitian alat penghitung gas karbon untuk pertanian di kampus UGM, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (16/12/2019). Bayu mengembangkan algoritna tersendiri dari alat penghitung emisi gas rumah kaca secara realtime yang dapat dimanfaatkan dalam menghitung perubahan musim akibat efek rumah kaca yang dihasilkan dari lahan pertanian. Alat ini kedepannya diharapkam dapat menjadi salah satu instrumen dalam menentukan musim tanam bagi petani. 

Selanjutnya telemetri yang berfungsi sebagai pengirim data dari data logger ke server otomatis setiap hari dengan memakai modem dari provider telekomunikasi di Indonesia.

Alat ini juga menggunakan kamera yang berfungsi untuk memonitor padi dan solar panel sebagai pembangkit daya.

Cara kerja alat dimulai saat seluruh sensor terkoneksi dengan data logger.

Pengukuran akan dilakukan secara otomatis setiap 30 menit sekali dan data akan langsung tersimpan di data logger.

Selanjutnya data yang didapatkan akan diambil secara rutin setiap harinya oleh field router dan dikirim ke server melalui jaringan internet GSM.

Disamping mengambil data, field router  juga akan mengirim foto lokasi satu kali dalam sehari.

Ketersediaan Air untuk Pertanian Masih Menjadi Masalah Petani di Gunungkidul

“Pengguna dapat mengakses seluruh data baik berupa data numerik, grafik maupun gambar atau foto lewat website yang telah dibangun,” tuturnya.

Inovasi ini dikembangkan sejak tahun 2016 dan telah diuji coba pada demplot budidaya padi SRI di Kabupaten Kupang, NTT bekerja sama dengan Indonesia Climate Change Trust Fund/ICCTF BAPPENAS.

Pengembangan pertanian cerdas berbasis IoT ini diharapkan dapat mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia, khususnya bidang pertanian.

Tak hanya itu, dengan penerapan teknologi ini juga memberikan manfaat bagi petani.

Petani menjadi lebih dimudahkan dalam menjalankan aktivitas bertani karena telah memanfaatkan teknologi.

Selain itu juga mendorong peningkatan produktivitas pertanian karena penerapan kalender tanam dan pola tanam yang tepat serta biaya produksi lebih rendah.

“Harapannya dengan tekonologi ini dapat mewujudkan pertanian ramah lingkungan dengan pertanian presisi yang mengedepankan efisiensi menggunakan suatu infromasi dalam mengambil keputusan,” ujarnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved