Yogyakarta

Belasan Difabel Mencoba Menyelam untuk Pertama Kalinya

Dive with Deaf adalah kegiatan menyelam untuk para difabel, yang diselenggarakan oleh Diveable bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY dan ASITA Jogja

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Sebanyak 13 penyandang disabilitas belajar menyelam dalam acara Dive with Deaf yang diselenggarakan oleh Diveable bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY dan ASITA Jogja di Hotel Tentrem, Minggu (01/12/2019). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gugup adalah perasaan yang menghantui Guruh Hizbullah Alim (24) sebelum belajar menyelam.

Dive with Deaf adalah kegiatan menyelam pertamanya.

Alim juga bingung saat menggunakan alat bantu pernapasan.

Bahkan beberapa kali mengalami gagal napas.

Namun karena ada instruktur profesional, ia sedikit merasa lega.

Belasan Difabel Ikuti Dive with Deaf

"Dulu pernah ada kegiatan seperti ini, tetapi yang untuk tunarungu belum, jadi kepengen sekali ikut. Gugup sekali dan bingung pas pertama kali menggunakan alat bantu napas. Karena ada instruktur yang bisa berkomunikasi dan tahu gestur jadi merasa tenang, ada tim SAR juga," katanya usai menyelam di Hotel Tentrem, Minggu (1/12/12//2019).

Tak ada persiapan khusus sebelum menyelam, hanya menyiapkan mentalnya agar tidak takut.

Ia berharap kegiatan serupa bisa diselenggarakan kembali, bahkan di luar Yogyakarta.

Tak hanya Alim, perasaan gugup juga dialami oleh Lia nur Rochma (28).

Namun perasaan itu terbayar dengan sertifikat try scuba dari SSI Indonesia.

"Pertama gugup sekali, tapi senang bisa dapat pengalaman baru dan ilmu baru. Dulu pernah ikut snorkeling di pantai, tetapi terkendala komunikasi, akhirnya menyerah. Setelah ada informasi ini, jadi senang sekali," tuturnya.

"Harapan nanti ada pelatihan lanjutan. Senang sekali bisa belajar menyelam. Kalau nanti sudah bisa, kan bisa share ke temen yang lain," sambungnya.

Dive with Deaf adalah kegiatan menyelam untuk para difabel, yang diselenggarakan oleh Diveable bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY dan ASITA Jogja.

Difabel Tuna Netra Asal Gunungkidul Ingin Buktikan Diri Mampu Bersaing di Kompetisi Dangdut

Dive with Deaf diselenggarakan untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional, yang jatuh pada 3 Desember.

Tujuan acara tersebut adalah untuk mengampanyekan pariwisata tanpa batas.

Founder Diveable, Meyra Marianti mengatakan olahraga menyelam terbilang ekstrim, namun demikian pihaknya telah menyiapkan pendamping dari instruktur profesional.

Dive with Deaf diikuti oleh 13 peserta, 12 peserta tuli dan satu cereberal palsy.

"Kegiatan ini akan jadi pengalaman bawah air pertama bagi mereka. Memang cukup ekstrim, tetapi sudah ada instruktur profesional yang mendampingi. Instruktur juga akan menggunakan bahasa isyarat dalam memberikan arahan dan instruksi," katanya.

Menurut dia, menyelam bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh penyandang disabilitas.

Namun demikian, banyak hal teknis yang perlu dipersiapkan.

UNBOXING KULINER: Snack Hits Super Ekonomis di Jogja

Hal itu untuk menjamin keamanan dan keselamatan para peserta.

Ia berharap dengan kegiatan Dive with Deaf dapat memperkenalkan wisata bawah air kepada semua orang, terutama penyandang disabilitas.

Sementara itu, Head Instructor Dive with Deaf, Avandy Djunaidi menambahkan alam selam yang diperlukan harus disesuaikan dengan kondisi setiap penyelam.

Selain itu, instruktur juga harus khusus menangani diving untuk penyandang disabilitas.

Peserta, nantinya juga akan mendapatkan sertifikat try scuba yang berlaku selama enam bulan dari SSI Indonesia. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved