Lucy Si Manusia Purba Tertua
UGM Koleksi Fosil Manusia Purba Tertua di Luar Afrika, Temuan di Wringinanom Gresik Jatim
Analisisnya menunjukkan ada indikasi kuat keberadaan Homo erectus di wilayah itu, melengkapi berbagai temuan fosil flora dan fauna purba.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
“Tentu harus kita pahami semua makhluk hidup diadwarkan (terurai) oleh alam. Sebagian kecil saja yang tersisa menjadi fosil karena proses geologis,” jelasnya.
• Inilah Kapak-kapak Genggam Buatan Manusia Purba Jazirah Arab
Sebagian kecil menurut Rusyad, berupa fosil fragmenter atau terpecah-pecah dan tersebar. Ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi membantu mengidentifikasinya secara lebih akurat.
“Dating absolute (pertanggalan absolute) menggunakan radioaktif untuk mengetahui umurnya. Serta pemindaian 3D untuk memahami morfologi permukaan dan internalnya,” kata pengajar di UGM ini.
“Berangkat dari sini para paleoantropolog termasuk Don Johanson antusias mengabarkan asal usul manusia kepada khalayak,” imbuh Rusyad.
Rusyad Adi Suryanto dalam kajian terakhir ikut menganalisis temuan fragmen fosil komponen tulang diduga berasal dari individu hominin di wilayah Banjarejo, Grobogan, Jateng.
Meski belum lengkap dan sempurna, analisisnya menunjukkan ada indikasi kuat keberadaan Homo erectus di wilayah itu, melengkapi berbagai temuan fosil flora dan fauna purba.
Menurut Rusyad, terkait Lucy, para ahli prasejarah di dunia sepakat dan bisa menerima hominin itu sebagai temuan tertua hingga saat ini.
Para ahli juga sepakat dan bisa menerima Lucy atau Australopithecus avarensis dari Lembah Hadar Ethiopia merupakan makhluk di antara kera dan hominid.
Lucy merupakan makhluk di percabangan filogen karena sudah mampu berdiri tegak, dan berlokomasi bipedal seperti manusia.
Semula Johanson hendak member nama temuan itu dalam bahasa Ethiopia, dinqines atau dinkenesh, artinya “Yang Menakjubkan”.
Namun kalah tenar oleh nama Lucy, tembang Beatles yang berkumandang pada malam sesudah temuan sangat penting itu.
National Geographic pernah merilis hasil kajian seorang antropolog, John Kappelman dari Universitas Texas, mengungkap sebab kematian Lucy.
Lucy, perempuan muda Autralopithecus avarensi itu terjatuh dalam posisi telentang dari pohon, tempat ia hidup menghindar dari predator.
Hasil analisis fisik bagian tulang Lucy didapatkan menggunakan komputer tomografik. Secara fisik, kaki Lucy yang pendek sudah tidak seperti kaki kera yang cocok untuk memanjat.
Saat terjatuh dan mati itu, usia Lucy sekitar 15 tahun. Ia kemudian secara geologis terkonservasi dalam lapisan tanah hingga ditemukan Donald Johanson dan kawan-kawan.