Yogyakarta
HPJI Sebut Kajian Kereta Api Virtual Harus Perhatikan Aksesibilitas
HPJI menyebut penjajakan dan wacana untuk kereta MRT ataupun virtual harus dilaksanakan dengan cermat.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
“Yang paling penting adalah aksesibilitas yang mudah untuk menggunakan moda transportasi tersebut,” jelasnya.
Aksesibilitas, kata Tjipto, dalam arti mudah dituju dengan tarif yang relatif terjangkau.
Hal ini agar bisa bermanfaat secara optimal untuk semua moda ini, baik yang berbasis jalan raya, maupun jalan tol dan berbasis rel.
“Semuanya, harus terintegrasi dan sinergis,” paparnya.
• Pakar Transportasi Sebut Kereta Api Virtual Masih Uji Coba di Tiongkok
Produksi Dalam Negeri
Tjipto juga memberikan masukan agar moda transportasi yang dipilih hendaknya mengedepankan produk dalam negeri.
Hal ini untuk memudahkan pemeliharaan ataupun untuk perawatan dan penggantian suku cadangnya.
“Satu hal lagi yang penting adalah sebanyak mungkin menggunakan produksi dalam negeri, sehingga memudahkan dalam hal operasi dan pemeliharaannya,” ujarnya.
Perlu diketahui, Pemda DIY tengah menjajaki moda transportasi kereta api virtual yang berjalan tanpa rel.
Kereta virtual ini akan dikembangkan PT KAI dan studi kelayakan (FS)-nya sedang dilaksanakan oleh UGM.
Dia menjelaskan, kereta virtual ini akan berjalan tanpa rel namun menggunakan media semacam magnet.
Kereta api ini akan memiliki tiga gerbong dengan kecepatan sekitar 74 kilometer per jam.
• Sultan HB X: Belum Ada Pembicaraan Lebih Lanjut Soal Jalur Kereta Api dan MRT
Nantinya, moda transportasi ini akan menjadi salah satu primadona jika memang benar direalisasikan.
Adapun, untuk pengadaan kereta ini menjadi wewenang dari PT KAI.
Kereta api virtual ini sebelumnya sudah dikembangkan di China.