Aktivitas Merapi
BPPTKG Sebut Volume Kubah Merapi Alami Penurunan
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat penurunan sekitar 86 meter kubik.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Terjadi penurunan volume kubah lava Gunung Merapi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat penurunan sekitar 86 meter kubik.
Saat ini volume kubah lava sekitar 397 ribu meter kubik, sementara sebelumnya sekitar 483 meter kubik.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida membenarkan hal tersebut.
• Tutorial Tampil Kece dengan Makeup Sachet yang Praktis dan Terjangkau
Ia mengatakan awan panas letusan pada 14 Oktober lalu juga membawa material kubah lava, yang akhirnya menjadi hujan abu di beberapa daerah.
"Benar (ada penurunan), tidak ada dampak apa-apa untuk Merapi. Penurunan juga cukup kecil," katanya Senin (28/10/2019).
Pihaknya telah memantau melalui drone 16 Oktober lalu.
Menurut foto tidak menunjukkan perubahan morfologi yang signifikan.
“Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi yang signifikan. Volume kubah lava turun pasca awan panas letusan (APL) 14 Oktober yang lalu. visualnya dari pantauan drone pada 16 Oktober dan sebaran awan panas disertai hujan abu material,” jelasnya.
• BPPTKG Laporkan Tak Ada Guguran Lava di Puncak Merapi Hingga Pagi Ini, Status Masih Waspada
Meski terjadi penurunan volume kubah lava, status Gunung Merapi tidak berubah, yaitu Waspada (Level II).
Menurut dia masih ada aktivitas dan masih ada potensi pertumbuhan lava.
Hanik mengakui periode status Waspada ini termasuk paling lama.
Sejak ditetapkan 21 Mei 2018, status bertahan lebih dari satu tahun.
Walau begitu jajarannya terus melakukan pemantauan.
Terutama aktivitas kubah lava maupun tubuh Gunung Merapi.
• BPPTKG Sebut Angin Kencang Tak Ada Kaitannya dengan Aktivitas Merapi
“Status masih tetap dan kami pertahankan. Memang untuk saat ini tidak ada perubahan aktivitas yang signifikan tapi potensi risiko bahaya masih sama,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana mendorong masyarakat lereng Merapi tetap peka.
Potensi ancaman menurutnya bisa datang sewaktu-waktu.
Baik itu bahaya primer maupun sekunder yang berasal dari Gunung Merapi.
“Jangan terlena jika selama ini seakan landai. Tetap waspada dan terapkan manajemen mitigasi bencana yang optimal. Patuhi larangan dan anjuran dari instansi terkait. Paling penting jangan panik dan tidak termakan informasi hoax,” katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)