Bantul
Bantul Masih Kekurangan Alat Deteksi Longsor
Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan BPBD Bantul, kata Dwi, ada sebanyak 2.335 KK di Bantul yang saat ini tinggal di zona merah.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kabupaten Bantul merupakan daerah dengan ancaman bencana cukup tinggi.
Hampir semua potensi bencana ada di Bumi Projotamansari.
Tak terkecuali ancaman bencana tanah longsor.
Namun sayang, ditengah tingginya ancaman itu, sampai sekarang Bantul masih kekurangan banyak early warning system atau alat deteksi dini bencana tanah longsor.
• Siswa SMKN 1 Pundong Ciptakan Alat Pendeteksi Longsor
"Yang kita miliki saat ini baru ada 10 alat. Masih kurang," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto, saat meninjau bantuan alat deteksi longsor dari SMKN 1 Pundong, di Blali, Seloharjo, Rabu (23/10/2019)
Menurut dia, 10 alat pendeteksi longsor yang dimiliki saat ini memiliki spesifikasi beragam.
Ada yang berteknologi tinggi, sedang hingga teknologi menengah.
Alat tersebut, menurut dia, sudah terpasang dipemukiman di daerah perbukitan yang berpotensi terjadi tanah longsor.
Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan BPBD Bantul, kata Dwi, ada sebanyak 2.335 Kepala Keluarga (KK) di Bantul yang saat ini tinggal di zona merah.
Wilayah dengan tingkat kerawanan bencana longsor sangat tinggi.
• Detik-detik Pengantin Baru di Cianjur Ditemukan Tewas Berpelukan di Bawah Reruntuhan Tanah Longsor
Mereka tersebar di 15 desa. Antara lain, Kecamatan Piyungan, Dlingo, Imogiri, Pleret, dan Pundong. "Kemudian ada juga disebagian Pajangan dan Pandak," urai dia.
Dari pemetaan itu, Kabupaten Bantul, lanjut Dwi, idealnya memiliki sedikitnya 100 early warning system atau alat pendeteksi dini bencana tanah longsor.
Alat tersebut dipasang disejumlah titik rawan bencana, agar masyarakat setempat cepat menangkap adanya tanda bahaya.
"Sehingga ketika terjadi longsor diharapkan tidak ada korban jiwa maupun harta benda," ujar dia.(TRIBUNJOGJA.COM)