Gunungkidul

Melegenda Sejak Tahun 1965, Jenang Dawet Khas Gunungkidul Masih Diburu Masyarakat

Berbeda dengan dawet pada umumnya yang berisi hanya cendol santan dan juruh (gula jawa cair), jenang dawet dilengkapi bubur sumsum, jenang ngangrang.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Wisang Seto Pangaribowo
Lokasi dimana anak Mbah Dawet meneruskan berjualan jenang dawet di Gunungkidul 

Jenang Dawet siap dijual pada pukul 07.30, dan biasanya habis pada pukul 11.00 WIB.

"Kalau jenang harus memasak jadi 07.30 baru siap tetapi kami buka sejak jam 06.00 pagi. Sekarang kami juga menjual jajanan pasar. Kalau jajanan pasar ini titipan, dulu semasa ibu saya jualan tambahannya hanya jambu air," ujarnya.

Seorang pelanggan setia dari Kecamatan Playen, Wati mengatakan, sejak muda dirinya sudah membeli jenang dawet.

“Cocok untuk sarapan tidak terlalu kenyang dan rasanya tidak berubah dari dulu, jadi hingga punya anak ya masih sering membeli," katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved