Pendidikan
SLB Krida Mulia Gunungkidul Peringati Hari Batik Nasional
Hari Batik Nasional diperingati dengan beberapa kegiatan, satu diantaranya adalah menggelar peragaan busana batik hasil karya mereka sendiri.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Krida Mulia, Rongkop, Gunungkidul peringati hari batik nasional.
Hari Batik Nasional diperingati dengan beberapa kegiatan, satu diantaranya adalah menggelar peragaan busana batik hasil karya mereka sendiri.
Dari pantauan Tribunjogja.com, sepuluh murid berlenggak-lenggok di atas panggung yang dibuat di area halaman sekolah.
Kebanyakan dari mereka adalah tuna rungu.
• Grebek Pasar Isuzu Traga, Lebih Dekat ke Konsumen
Berbeda dengan penonton pada umumnya, saat para model naik panggung mereka melambaikan tangan sebagai pengganti tepuk tangan.
Sesekali penonton lupa masih bertepuk tangan saat menyambut model yang bergantian naik turun panggung, panitia segera mengingatkan bahwa cara memberikan apresiasi kepada anak tuna rungu bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan melambaikan tangan ke atas.
Setelah sesi fashion show, murid SMPLB Krida mulia mempraktikkan bagaimana cara membuat sebuah batik.
Satu persatu siswa dicolek guru pendamping untuk memulai demo membatik.
Mereka menggunakan celemek agar baju seragam tidak kotor terkena malam yang digunakan untuk membatik.
Sambil menunggu malam atau lilin yang digunakan untuk membatik mereka didampingi untuk memilih canting.
Guru pendamping memberikan dua lembar kain berukuran kecil yang digunakan untuk mengetes apakah malam sudah bisa digunakan untuk membatik atau belum.
• Peringatan Hari Batik Nasional di Magelang, Membatik di Kain Sepanjang 30 Meter
Setelah malam benar-benar mencair mereka mencelupkan canting dan segera membatik pada sebuah kain yang cukup besar ukurannya.
Sebelumnya mereka telah membuat sebuah pola pada sebuah kain, pola digambar dengan menggunakan pensil.
"Kesulitannya saat mulai menggambar di kain, karena malam gampang meluber di sekitar gambar itu yang membuat sulit, tetapi saya tetap berusaha untuk merapikan batik hasil karya saya," kata seorang murid pembatik, Venti Oktaviani didampingi oleh gurunya, Susuiani Wahyuningtyas.
