Batu Bata Super Jumbo Ditemukan di Kulon Progo, Diduga Reruntuhan Candi Kuno

Sebaran fragmen batu putih dan batu bata itu berpusat di sebuah gumuk atau gundukan tanah yang ada pohon jambu air berukuran cukup besar kulon progo

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumargo
SITUS NGRECO - Sejumlah batu bata berukuran jumbo dan batu putih serta potongan yoni ditemukan tersebar di tegalan Dusun Ngrandu, Desa Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, DIY. Lokasi itu disurvei tim BPCB DIY Senin (30/9/2019) menindaklanjuti laporan warga. 

“Menurut cerita turun temurun, di gumuk yang sekarang ada pohon jambunya itu dulu ada reco (arca). Reco sona (anjing). Saya sendiri tidak pernah melihatnya,” kata Mbah Narko.

Menurut pria sepuh yang masih trengginas dan memelihara seekor sapi di rumahnya, ayah hingga kakek buyutnya mungkin juga tidak pernah melihat keberadaan arca itu.

“Mbah wareng mungkin tahu. Mungkin lho ya,” lanjut Mbah Narko dalam bahasa Jawa medok. Cerita sama didapatkan dari warga lain, Mbah Pujo Suwito (77) dan Supanto (47), keduanya warga Kaliagung.

Misterius, Arkeolog Temukan iPhone Saat Menggali Makam Kuno Berusia 2.137 Tahun

Selain arca yang menurut warga hingga sekarang disebut mirip anjing, juga konon ada dua arca gupolo (dwarapala). Tapi dua arca ini juga sudah tidak ada jejaknya.

Di lokasi, jejak paling nyata dan bisa dilihat di dasar sungai kecil di bawah gumuk, berupa potongan bagian atas yoni. Fragmen yoni ini sudah terpotong dan hanya tinggal bagian sudutnya saja.

Bahannya batu putih. Potongan yoni yang kemungkinan dibuat sistem terurai (knock down) ini tergeletak di dasar sungai yang kering kerontang.

Menguak Angka Tahun Prasasti Canggal, Penanda Awal Kekuasaan Mataram Kuno

Menurut Mbah Narko yang rumahnya paling dekat dengan lokasi sebaran artefak ini, batu-batu itu tidak pernah ada yang berani menggunakannya serampangan.

“Paling-paling seperti saya, saya buat jadi undak-undakan dari tegal ke sungai untuk lewat. Tidak ada yang berani bawa pulang atau dipakai apa,” jelasnya.

Keterangan senada disampaikan Supanto, cucu Mbah Ponco Pawiro, pemilik tegalan yang ada sebaran batu bata besar itu.

“Dulu pernah ada yang bawa pulang bata merah besar itu buat bikin tungku orang yang punya hajatan, air yang dimasak di tungku bata merah itu tidak mendidih juga,” kata Panto.

Misteri Candi-candi yang Saling Membelakangi, Mungkinkah Ini Petunjuk Ibukota Mataram Kuno?

Mbah Pujo Suwito, warga Banyunganti Kidul juga menerangkan hal sama. Tetapi kejadiannya di rumah orang berbeda.

Dilihat dari penampakan di lapangan, area tanah yang terdapat sebaran batu bata dan batu putih itu memanjang sekitar 25 meter arah utara selatan.

Bagian paling selatan ditandai menjulangnya pohon jambu air. Di bawah dan di sekitar pohon jambu inilah fragmen batu itu sepertinya terkonsentrasi.

Menurut Supanto dan Mbah Narko, lahan di lokasi ini dulunya datar dan lebih tinggi dari tanah di sebelah timurnya. “Tapi sering longsor dan kebawa ke selatan jika banjir,” kata Mbah Narko.

Kali kecil di bawah situs ngreco ini menurut keduanya relatif baru, dan dibuat sebagai pengalihan alur sungai.

“Dulu sungainya di sebelah barat rumah saya ini, membelah sawah. Terus oleh ayah saya dipindahkan jalurnya ke barat,”sambung Mbah Narko yang terlihat masih kuat daya ingatnya.(Tribunjogja.com/xna)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved