Sumur Mengering, Warga Ngrancah Imogiri Gantungan Aliran Sungai Oya untuk Penuhi Kebutuhan Air
Sumur Mengering, Warga Ngrancah Imogiri Gantungan Aliran Sungai Oya untuk Penuhi Kebutuhan Air
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Sudah tiga bulan lebih warga Ngrancah, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul mengalami kesulitan air bersih.
Mereka terpaksa mengandalkan sungai Oya untuk kebutuhan mandi dan mencuci baju.
"Musim kemarau sumurnya asat (kering) Airnya hanya cukup untuk masak dan minum," kata Surasmin, warga Ngrancah saat ditemui tengah mandi di Sungai Oya, Jumat (6/9/2019).
Ia menceritakan, sumur warga Ngrancah terutama di RT 01 dan RT 02 sudah mulai kering sejak awal musim kemarau tiga bulan terakhir.
Air di sumur-sumur warga saat ini mengalir sangat sedikit. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masak dan minum.
• Atasi Kekeringan, Bantuan Jutaan Liter Air dan Ratusan Sumur Wakaf ACT di Berbagai Lokasi
Sedangkan, untuk keperluan yang lain, seperti mencuci baju, mandi hingga buang air besar, warga setempat biasa mengandalkan sungai Oya.
"Untuk mencuci ataupun mandi setiap pagi dan sore, bahkan BAB, kebanyakan warga di sini pergi ke sungai," tutur dia.
Jarak rumah warga Ngrancah terutama di RT 01 dan RT 02 dengan sungai memang cukup dekat.
Hanya sekitar 200-an meter. Mereka biasa mandi dan membawa ember berisi baju-baju kotor untuk dicuci di sungai.
Carik Desa Sriharjo, Kuswoyo menyampaikan kekeringan di musim kemarau yang melanda warga Padukuhan Ngrancah sudah terjadi sejak dua tahun silam. Tepatnya sejak dilanda banjir cempaka pada tahun 2017.
• Harga Cabai di Sleman Diperkirakan Turun Saat Musim Hujan Tiba
Menurut dia, secara keseluruhan saat ini warga di Padukuhan Ngrancah yang paling membutuhkan air bersih ada 92 Kepala Keluarga. Mereka tersebar di tiga rukun tetangga, yakni RT 01, 02 dan 03.
RT 01 berjumlah 50 Kepala Keluarga, RT 02 sebanyak 30 KK dan RT 03 ada 12 KK. "Total keseluruhan ada 92 Kepala Keluarga. 276 jiwa," urai dia.
Solusi sementara yang bisa dilakukan dengan sejauh ini dengan melakukan dropping air bersih di bak-bak penampungan.
Padukuhan Ngrancah memiliki tiga bak penampungan berukuran besar yang diletakkan di pinggir jalan kampung. Satu tampungan berkapasitas 5.000 liter dan dua lainnya kapasitas 2.000 liter.
"Dropping biasanya dari BPBD, Tagana, PMI ataupun ACT," tutur dia.
Kata Kuswoyo, kekeringan di Desa Sriharjo bukan hanya terjadi di Padukuhan Ngrancah. Namun ada juga di sebagian warga Padukuhan Jati. "Di Jati juga kekeringan, tapi hanya sekitar lima kepala keluarga," terangnya.
"Kalau yang berpotensi kekeringan ada di Padukuhan Butuh dan Ketos. Di sana juga mulai terdampak," imbuh dia. (Tribunjogja I Ahmad Syarifudin)
