HUT RI ke-74, Kisah Perjuangan yang Tak Banyak Orang Tahu, Tiang Bendera hingga Naskah Proklamasi
HUT RI ke-74, Kisah Perjuangan yang Tak Banyak Orang Tahu, Tiang Bendera hingga Naskah Proklamasi
Namun ternyata, menurut seorang yang mengaku bekas tentara buatan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA) bernama Andaryoko menyatakan jika setelah naskah asli yang didikte dan ditulis oleh Bung Karno dan Bung Hatta itu diketik oleh Sayuti Melik, naskah tulisan tangan tersebut sempat dibuang ke tong sampah oleh Sayuti Melik karena dianggap tidak diperlukan lagi.
Untungnya naskah tersebut diselamatkan oleh BM Diah, seorang putera asal Aceh yang juga adalah tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia.
Takut akan dibuang kembali, Diah pun menyimpan naskah asli proklamasi itu selama 49 tahun lamanya sebelum akhirnya diserahkan ke pemerintah pada 29 Mei 1992.
Namun ada juga cerita versi lain yang menyatakan kalau setelah Sayuti Melik menunjukkan naskah proklamasi hasil ketikannya kepada Bung Karno, Bung Karno menanyakan naskah asli tulisan tangannya.
Setelah ditanyakan tentang keberadaan naskah aslinya, Andaryoko menceritakan bahwa Sayuti Melik langsung mencari kertas tulisan tangan Soekarno dan menyetrikanya agar bisa utuh seperti semula. Hingga saat ini naskah asli tersebut disimpan di Arsip Nasional.
3. Bung Karno jatuh sakit
Persiapan naskah proklamasi sangat menguras jiwa dan tenaga Bung Karno hingga ia jatuh sakit. Faktanya saat proklamasi diucapkan, tepatnya pada 17 Agustus 1945, penyakit malaria yang diderita Bung Karno kambuh. Bahkan ia masih tertidur pulas dua jam sebelum pembacaan proklamasi.
Pada akhirnya Soekarno tetap membacakan naskah proklamasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada pukul 10.00 WIB, bersama Bung Hatta, ia mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia di hadapan masyarakat Indonesia yang saat itu berkumpul di depan teras rumahnya.
Sejumlah kendala teknis pun menghiasi, seperti misalnya mikrofon yang tiba-tiba tidak berfungsi lantaran kabelnya terinjak para pengunjung yang ingin menyaksikan peristiwa bersejarah tersebut.
4. Rekaman ulang suara Soekarno
Pembacaan naskah teks proklamasi adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting. Karena hal tersebut menandakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pernahkah kamu mendengar suara asli Bung Karno yang biasanya diputar di media-media ataupun di museum-museum bersejarah, seperti contohnya Monumen Nasional (Monas)?
Banyak yang mengira suara Bung Karno pada rekaman tersebut adalah suara asli Bung Karno pada saat pembacaan naskah proklamasi yang sudah di sebar luaskan.
Padahal sebenarnya, suara tersebut bukanlah suara asli yang direkam langsung saat pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945, melainkan sekitar tahun 1950 atau sekitar 5 tahun setelah kemerdekaan.
Jika bukan karena Jusuf Ronodipuro yang merupakan pendiri RRI, meminta Presiden Soekarno kembali merekam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.