Menelusuri Jejak Keraton Pleret

Jejak Keraton Pleret : Raja Kerahkan 300 Ribu Orang Bangun Istana Indah Dikelilingi Air

Susuhunan Mangkurat sebagaimana tertulis dalam Babad Tanah Jawi mengeluarkan titah untuk membangun kedaton sendiri di Pleret

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga
Kotak ekskavasi dasar benteng sisi timur bekas Keraton Pleret di Dusun Kedaton Wetan, Pleret, Bantul, DIY, Senin (29/7/2019). Penelitian selama sebulan terakhir dilakukan tim Dinas Kebudayaan DIY dan sejumlah instansi terkait lainnya. 

Jejak Keraton Pleret : Raja Kerahkan 300 Ribu Orang, Bangun Bendungan dan Istana Megah dan Indah

"Sarupane kawulaningsun kabeh, padha nyithaka bata, ingsun bakal mingser teka ing kutha Kerta, patilasane kanjeng rama ingsun tan arsa ngenggoni. Ingsun bakal yasa kutha ing Plered."

Terjemahan Indonesianya; "Semua rakyatku, kalian buatlah bata. Aku akan pindah dari Kerta, karena aku tidak mau tinggal di bekas (kediaman) ayahku. Aku akan membangun kota di Plered".

Sketsa peta komplek Keraton Pleret yang dibuat Roufaers, orang Belanda pada 1889 ketika mengunjungi bekas ibukota Mataram yang sudah hancur.
Sketsa peta komplek Keraton Pleret yang dibuat Roufaers, orang Belanda pada 1889 ketika mengunjungi bekas ibukota Mataram yang sudah hancur. (IST)

Demikian titah Susuhunan Mangkurat sebagaimana tertulis dalam Babad Tanah Jawi. Raja muda putra Sultan Agung yang baru saja naik tahta di Mataram itu ingin membangun kedaton sendiri.

Ia bertekad hendak meninggalkan Keraton Kerta yang selama bertahun-tahun jadi pusat kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma, pemimpin terkuat Jawa pada masanya.

(Gulir ke bawah untuk melihat videonya)

Plered, umumnya sekarang ditulis Pleret, terletak sekitar 1,5 kilometer saja di sebelah timur bekas Keraton Kerta. Di sinilah kemudian tegak berdiri istana besar, yang dikelilingi air.

Pleret tumbuh menjadi kota sangat ramai, megah, memiliki masjid besar yang luar biasa arsitekturnya. Alun-alunnya sangat lapang, dan memiliki danau besar bernama Segarayasa.

Kotak ekskavasi dasar benteng sisi timur bekas Keraton Pleret di Dusun Kedaton Wetan, Pleret, Bantul, DIY, Senin (29/7/2019). Penelitian selama sebulan terakhir dilakukan tim Dinas Kebudayaan DIY dan sejumlah instansi terkait lainnya.
Kotak ekskavasi dasar benteng sisi timur bekas Keraton Pleret di Dusun Kedaton Wetan, Pleret, Bantul, DIY, Senin (29/7/2019). Penelitian selama sebulan terakhir dilakukan tim Dinas Kebudayaan DIY dan sejumlah instansi terkait lainnya. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Sejumlah penulis buku sejarah terkemuka, antara lain Dr HJ De Graaf dari Belanda, secara gamblang menceritakan riwayat muda Susuhunan Mangkurat hingga saat ia mangkat.

Bagaimana pula Keraton Pleret dibangun selama bertahun-tahun, melewati berbagai rintangan alam, hingga tampak kemegahannya.

VIDEO Temuan Ratusan Batu Candi di Bawah Jalur KA Yogya - Solo Diduga dari Situs Candi Buddha

De Graaf tidak sembarangan menyusun buku “Disintegrasi Mataram di Bawah Mangkurat I” yang menceritakan detail tentang situasi Mataram di bawah raja baru ini.

Bermacam dokumen tertulis otentik dari catatan harian pembesar VOC (Belanda), sejumlah babad, dan sumber-sumber penulisan sejarah lain dia jadikan rujukan.

Kotak ekskavasi dasar benteng sisi timur bekas Keraton Pleret di Dusun Kedaton Wetan, Pleret, Bantul, DIY, Senin (29/7/2019). Penelitian selama sebulan terakhir dilakukan tim Dinas Kebudayaan DIY dan sejumlah instansi terkait lainnya.
Kotak ekskavasi dasar benteng sisi timur bekas Keraton Pleret di Dusun Kedaton Wetan, Pleret, Bantul, DIY, Senin (29/7/2019). Penelitian selama sebulan terakhir dilakukan tim Dinas Kebudayaan DIY dan sejumlah instansi terkait lainnya. (TRIBUNJOGJA.COM | Setya Krisna Sumarga)

Selanjutnya, disertasi Prof Dr Inajati Adrisijanti dari FIB UGM, merupakan referensi cukup penting di masa Indonesia modern.

Disertasinya tentang “Kotagedhe, Plered, dan Kartasura Sebagai Pusat Pemerintahan Kerajaan Mataram Islam (1578-1746)”.

Karya ilmiah ini mengulas tata ruang tiga ibukota Mataram, unsur-unsur bangunan di komplek istana, yang dilihat dari perspektif arkeologi.

Temuan Baru Candi di Mantingan Pernah Disebut di Dokumen Belanda Tahun 1915

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved