Bantul
Sumur di Dusun Ngrancah Kering, Warga Bantul Turun ke Sungai untuk Dapat Air Bersih
Pada awal musim kemarau tahun ini, beberapa sumur di Dusun Ngrancah, Desa Sriharjo, Imogiri kering tak ada air.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pada awal musim kemarau tahun ini, beberapa sumur di Dusun Ngrancah, Desa Sriharjo, Imogiri kering tak ada air.
Beberapa sumur lainnya masih terdapat air tapi kondisinya tak layak konsumsi.
Poniyem Tugiyo, janda lansia yang tinggal di RT 1 Dusun Ngrancah mau tak mau harus turun ke sungai untuk mencuci dan mandi.
"Sumurnya kering, nggak ada airnya. Mandi cuci ya di sini," kata Poniyem pada Tribunjogja.com sembari membilas pakaian di tepian aliran Sungai Oya di Dusun Ngrancah, Senin (8/7/2019) siang.
Poniyem mengaku, sumur yang ada di dekat rumahnya sedianya digunakan untuk kebutuhan dua rumah.
• 5 Rekomendasi Mie Ayam di Jogja, dari yang Super Pedas sampai Buka Tengah Malam
"Sumurnya satu tapi dipakai saya sama yang punya sumur," katanya.
Kini karena sama sekali tak ada air, ia harus mandi dan mencuci di sungai.
Sedangkan untuk air minum, ia dan warga lainnya harus membeli.
Sama dengan Poniyem, warga lainnya yakni Soginah juga harus mencuci di sungai.
Untuk air konsumsi ia meminta pada tetangga karena ia hanya tinggal sendiri sehingga tak membutuhkan banyak air.
"Buat masak sama minum airnya minta tetangga. Kalau lainnya pada beli," katanya.
"Sumurnya kering ini sudah lama," imbuhnya sambil menunjukkan kondisi sumurnya yang tampak lama tak digunakan.
• Kekeringan Melanda Areal Persawahan Dusun Sukorame Bantul, Tanaman Padi Rusak dan Gagal Panen
Sementara itu, Dukuh Ngrancah, Jumat mengatakan sumur kering di Dusun Ngrancah ini mulai terjadi setelah bencana banjir 2017 silam.
Sumur-sumur warga yang berada tak jauh dari aliran sungai mengering saat musim kemarau.
Padahal sebelumnya tak pernah terjadi.
"Mungkin struktur tanahnya berubah atau gimana, tahun ini mulai kering lagi walaupun baru mulai jadi belum parah. Sekitar 5 sumur mulai surut, yang lain sudah tidak layak konsumsi," ungkapnya.
Sumur yang airnya tak layak konsumsi ini lanjutnya karena warna airnya keruh dan berbau karat.
"Kalau mau buat nyuci harus diendapkan dulu, atau harus ke sungai," katanya.
Sumur yang airnya tak layak konsumsi ini merupakan sumur dengan kedalaman di atas 20 meter atau sumur bor.
Sedangkan sumur galian biasanya hanya sedalam 12-15 meter saja.
Sejauh ini, solusi yang bisa dilakukan yakni dengan menyediakan penampungan air atau patungan untuk membeli tangki air.
Ada tampungan air di tiga titik di Dusun Ngrancah.
• Dilanda Kekeringan, Petani di Sokarame Bantul Pilih Babat Tanaman Padi untuk Pakan Sapi
Dua tampungan bermuatan 2.000 liter dan satu tampungan bermuatan 5.000 liter.
"Total ada 9.000 liter untuk digunakan warga sekitar. Untuk kebutuhan masyarakat seperti hajatan kan biasanya butuh air banyak," ujar Jumat.
Katanya, sejauh ini yang merasakan dampak sumur kering ini baru di RT 1 dan sebagian kecil RT 2.
"Di RT 1 ada 60 KK (kepala keluarga). Kalau satu dusun ada 4 RT total 200 KK," urainya.
Tahun lalu, saat kekeringan, dalam 2-3 hari empat RT menghabiskan 15.000-20.000 liter air.
"Kemarin merata. Kadang sampai 20.000 liter untuk empat RT," ungkapnya.
Upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi kekeringan ini, kata Jumat ia telah mengajukan proposal untuk membuat sumur bor dalam memakai geolistrik.
"Dibuat sumur bor dalam. Kira-kira 100 meter baru dapat air yang bagus. Sudah mengajukan ke desa, mungkin nanti dari APBDes larinya ke BKK. Proposalnya sudah masuk, realisasinya belum tahu kapan," pungkasnya.(*)