Sleman
SMA Swasta Sepi Peminat Gara-gara Sistem Zonasi
Sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) membuat SMA negeri dibanjiri peminat.
Penulis: Santo Ari | Editor: Ari Nugroho
Ia pun juga berharap agar calon peserta didik yang mendaftar dapat menilai diri sejauh mana kemampuannya dalam menangkap pelajaran yang diberikan.
Sehingga mereka dapat mendaftar di sekolah yang tepat.
"Nanti juga ada zonasi guru, kita sudah didata gurunya. Harapannya semua sekolah bisa layak dalam mendidik anak. Jadi tidak ada sekolah baik atau sekolah tidak baik," tuturnya.
• Pendaftaran PPDB SD Negeri, Daya Tampung dan Zonasi 1 Wilayah Sleman
Sementara itu kepala Sekola SMA Tiga Maret (Gama), Dalono, mengatakan sistem zonasi membuat sekolah swasta yang tidak favorit cenderung dirugikan.
Dengan sistem ini, otomatis mengurangi minat orang tua mendaftarkan anaknya di sekolah swasta.
"Kalau dulu yang memiliki nilai rendah takut ke SMA negeri, tapi kalau sekarang asal masuk zona juga diterima," ungkapnya.
Ia menceritakan di tahun lalu ada yang sudah diterima di SMA Gama.
Ternyata siswa tersebut yang memiliki nilai mepet juga mendaftar di SMA Negeri.
Begitu diterima di SMA Negeri, orang tua pun lantas menarik anaknya yang sudah diterima di SMA Gama untuk bersekolah di SMA Negeri.
Kondisi itu yang menyebabkan SMA swasta yang masuk dalam golongan menengah kebawah menjadi minim peserta didik. Ditambah lagi kini ada penambahan kuota siswa di SMA negeri.
"Sebelumnya kan satu kelas kuotanya 32 siswa, sekarang jadi 36. Dengan penambahan daya tampung negeri, juga merugikan swasta," bebernya.
• PPDB 2019 : Permasalahan-permasalahan Sistem Zonasi dan Solusi yang Ditawarkan
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya menggencarkan sosialisasi baik melalui sosial media maupun presentasi ke SMP-SMP.
"Kita gencar sosialisasi di sosmed, di web juga ada pendaftaran via online. Harapan di yang di luar DIY juga bisa mendaftar di sini," ucapnya.
Namun demikian, pada dasarnya ia juga mendukung pemerataan pendidikan.
"Karena dengan pemerataan pendidikan, juga ada pemerataan kemampuan guru baik di sekolah favorit atau tidak. Sehingga kemampuan anak juga merata. Jadi tidak ada namanya sekolah favorit atau tidak favorit," paparnya.