Tol Yogyakarta
Alasan Penolakan Gubernur DIY Jika Yogyakarta International Airport dan Jalur Tol Terhubung Langsung
Kekhawatiran dan Alasan Penolakan Gubernur DIY Sri Sultan HB X Jika Yogyakarta International Airport Terhubung Langsung dengan Tol
"Jawa Tengah nanti kayaknya ujungnya di Manisrenggo, untuk Jogja ini belum ada kata sepakat. Banyak hal yang harus diperhatikan," tuturnya.
Sementara tol Yogya-Cilacap juga masih belum ditetapkan.
Gatot mengatakan, sesuai yang dikatakan Sri Sultan yakni untuk fokus mengelola JJLS dan jalan nasional terkait dengan keberadaan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo.
"Saat ini juga ada bandara, Pak Gubernur menghendaki JJLS harus difungsikan, kemudian jalan nasional juga difungsikan. Artinya jangan sampai begitu ada tol melintas di atas ruas jalan tersebut tidak optimal. Maka ini masih didiskusikan," tutupnya.
Keberadaan Bandara YIA
Adapun soal keberadaan Yogyakarta Internasional Airport (YIA) alias Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) di Temon, Kabupaten Kulon Progo, diharapkan ada pembangunan infrastruktur penunjang seperti jalan.
Hal ini dibutuhkan untuk menunjang aksesibilitas dan keterpaduan sistem transportasi serta mengerek perekonomian.
Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, sudah ada kesepakatan dengan pemerintah pusat terkait pengembangan kawasan paskaoperasi YIA.
Yakni, tidak hanya terfokus pada Borobudur melainkan juga kawasan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) sebagai kekuatan baru pengembangan pariwisata.
Termasuk di antaranya adalah kesepakatan bahwa jalan tol Yogyakarta-Solo-Semarang akan melalui Bawen-Secang-Borobudur-Yogyakarta-Solo.
Selain itu juga akan dibangun outer ringroad berlajur empat yang mengitari wilayah Yogyakarta.
Mulai dari wilayah Tempel-Prambanan ke Selatan dan mengarah ke Barat hingga tembus Sentolo sebelum kemudian masuk ke Dekso-Muntilan dan tembus jalan tol Borobudur- Yogyakarta.
"Atau, dari Temon di perbatasan ke atas atau utara lalu ke Dekso. Disamping kemungkinan ad tol ke selatan dari Jakarta, Bandung ke Kroya lalu masuk Yogya-Solo. Tapi ini masih pembicaraan untuk menentukan lokasinya," kata Sultan saat mendampingi Menteri Perhubungan meninjau kesiapan YIA jelang operasi perdana, Rabu (24/4/2019).
Sultan mengatakan, ada kesepakatan lain bahwa pengembangan tol Yogyakarta-Solo itu dimungkinkan terpadu dengan jalur Temon-Prambanan yang tembus ke Manisrenggo (Klaten) dan keluar di Boyolali atau Salatiga.
Jalan ini diharapkan bisa menjadi alternatif bagi tumbuhnya kawasan wisata di lereng Merapi seperti Selo sebagai area utama untuk menikmati panorama Gunung Merapi dan Merbabu dan sekitarnya hingga kawasan Kopeng.
Dengan begitu, kawasan Joglosemar ini benar-benar bisa turut tumbuh, tidak sekadar Borobudur.
"Kalau semua bisa dilakukan, infrastrukturnya dibangun, saya yakin perkembangan investasi oleh pihak ketiga akan makin cepat. Saya yakin tidak hanya Yogya Prambanan yang tumbuh tapi juga Joglosemar," kata Sultan.
Komentar Menhub
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa soal jalan tol itu ranah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Namun, ia menyebut konsep yang disampaikan Sultan cukup bagus mengingat infrastruktur adalah alat utama dan harus dibangun dengan memperhatikan efek perekonomian.
"Bagaimana memikirkan ekonomi, eksisting UKM dan ke depan tumbuh seberapa,"
"Menghubungkan Borobudur dan Joglosemar saya pikir ide yang baik bahwa dalam satu destinasi turis tidak hanya (menginap) satu hari tapi juga dua-tiga hari sehingga devisa banyak. Kita harus memikirkan itu," kata Budi.
(Tribunjogja.com)