Kisah Pemulung di Madiun yang Umrohkan Petani di Desanya, Jadi Sukses Berkat Kembangkan Umbi Porang
Kisah Pemulung di Madiun yang Umrohkan Petani di Desanya, Jadi Sukses Berkat Kembangkan Umbi Porang
Paidi mengatakan, dengan revolusi tanam baru, hasil panennya berbeda jauh dengan pola tanam konvensional yang mengandalkan di bawah naungan pohon.
Ia membandingkan kalau menggunakan pola tanam konvensional, satu hektare dapat meraih panen tujuh sampai sembilan ton.
Sementara dengan revolusi pola tanam intensif satu hektare bisa mencapai panen 70 ton.
"Kalau pakai pola tanam konvensional panennya paling cepat tiga tahun. Sementara dengan pola tanam baru bisa lebih cepat panen enam bulan hingga dua tahun dan hasilnya lebih banyak lagi," ujar Paidi.
• Tragis, Istri Kedua Pukul Suami hingga Tewas, Ini Kronologinya
Dia mengatakan, bila menggunakan pola tanam konvensional maka tidak akan bisa mengejar kebutuhan dunia.
Apalagi pabrik pengelola porang makin menjamur dengan total kebutuhan sehari bisa mencapai 200 ton.
"Kalau menunggu tiga tahun maka lama sekali. Untuk itu butuh revolusi pola tanam sehingga bisa mempercepat panen," ujar Paidi.
Tak mau sukses sendiri, Paidi tak pelit berbagi ilmu. Ia membagi ilmu dari cara bertanam hingga memberikan informasi harga porang dengan membuat blog dan channel YouTube yang bisa diakses siapapun.
"Saya buat tutorial di akun infoasalan atau paidiporang," ungkap Paidi.
Harapannya, ilmu yang dibagikan di media sosial itu dapat menarik petani di mana pun untuk mengembangkan porang.
Apalagi, porang gampang dikembangkan dan mudah untuk dipasarkan.
Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengaku sudah mencapai miliaran rupiah.
"Sudah di atas satu miliar," kata Paidi.
Ingin Umrahkan Satu Desa
Tak hanya ingin menularkan ilmu bertanam porang, Paidi juga menginginkan seluruh petani di desanya bisa berangkat umrah ke Tanah Suci tanpa membebani biaya apa pun.