Kisah Pemulung di Madiun yang Umrohkan Petani di Desanya, Jadi Sukses Berkat Kembangkan Umbi Porang
Kisah Pemulung di Madiun yang Umrohkan Petani di Desanya, Jadi Sukses Berkat Kembangkan Umbi Porang
Kisah sukses Paidi mengembangkan porang ini berawal dari pertemuan dengan seorang rekan satu panti asuhan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, sekitar sepuluh tahun silam.
Dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com, saat bermain ke rumah temanya tersebut, Paidi melihat banyak umbi porang.
Rekannya tersebut pun mengenalkan tanaman porang yang memang banyak dikembangkan oleh warga di Desa Klangon.
Penasaran dengan porang, Paidi pun mencoba mencari tahu informasi tanaman ini.
"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi.
• Uji Coba Malioboro Semi Pedestrian Dimulai Pagi Ini, Wawali Kota Yogya Pantau Langsung ke Lapangan
Tak puas begitu saja, Paidi pun kemudian mencoba untuk mencari informasi tentang porang di Internet.
Dari beberapa informasi yang dibacanya di internet, Paidi mengetahui kalau tanaman ini banyak dibutuhkan, bahkan sudah menjadi kebutuhan dunia.
Meski peluangnya cukup besar, menanam porang memang membutuhkan lokasi yang banyak naugan pohon lainnya.
Diapun mencoba untuk mencari solusi supaya porang bisa dikembangkan di desanya sendiri di Desa Kepel.
Sebab, jika mengembangkan porang seperti yang dilakukan di Saradan, wwaktu untuk panen cukup lama, yakni sekitar tiga tahun.
Sementara kontur tanah di desanya berbeda, yakni berbukit-bukit.
Padahal, rata-rata petani porang di wilayah lain mengembangkan tanaman itu di bawah naungan pohon keras seperti pohon jati.
• 4 Trik Jahat di WA, Bisa Bikin Nomor Kontak Seolah Mati Padahal Masih Aktif
Berbekal pencarian di Google, Paidi mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana mengembangkan porang di lahan pertanian terbuka.
Hasil pencarian itu lalu dikumpulkan dalam satu catatan yang dinamai sebagai revolusi tanam baru porang.
"Menanam porang rata-rata harus di bawah naungan. Di sini, menanam tanpa harus naungan. Kami menggunakan revolusi pola tanam baru," kata Paidi.