Masjid Gede Mataram Kotagede Yogyakarta Bermula dari Langgar di Alas Mentaok

Masjid Gede Mataram Kotagede Yogyakarta. Masjid yang terletak di pusat aktivitas masyarakat di Kotagede Yogyakarta

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNjogja.com | Yudha Kristiawan
Masjid Gede Mataram Kotagede Yogyakarta 

Masjid Gede Mataram Kotagede Yogyakarta Bermula dari Langgar di Alas Mentaok

Objek wisata religi bersejarah di Yogyakarta cukup banyak. Satu diantara dalah Masjid Gede Mataram Kotagede. Masjid yang terletak di pusat aktivitas masyarakat di
Kotagede Yogyakarta ini menjadi salah satu saksi sejarah bagaimana Islam berkembang di Yogyakarta.

Masjid ini memang tak lepas dari sejarah kehidupan Keraton Yogyakarta hingga saat ini.

Di lihat dari arsitektur bangunan, beberapa bagian bangunannya identik dengan bangunan Keraton Yogyakarta.

Masjid ini sudah menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah yang wajib dikunjungi bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak bagaimana sejarah perkembangan
Islam di Yogyakarta.

Bila Ramadan tiba masjid ini selalu dipenuhi jamaah baik untuk menunaikan ibadah wajib maupun kegiatan lain seperti kajian, buka bersama selama Ramadan.

Salat tarawih juga diadakan dua kali di masjid ini, yakni sehabis Isya dan tengah malam.

Warisman, salah satu Takmir Masjid Gede Mataram Kotagede berbagi cerita soal sejarah masjid ini.

Wilayah ini dahulunya berupa hutan yang bernama alas Mentaok.

Hadi Wijoyo selaku Raja di Kerajaan Pajang memberikannya kepada Ki Ageng Pemanahan karena berhasil mengalahkan Adipati Aryo Penangsang.

"Pada tahun 1587 M masjid ini didirikan oleh Panembahan Senopati Sutowijaya. Sebelum masjid ini dibangun, sang ayah, Ki Ageng Pamenahan berikhtiar ingin menyiarkan
agama Islam di wilayah Jawa bagian selatan yang pada masa itu belum mengenal Islam," ujar Warisman.

Masjid Gede Mataram Kotagede
Masjid Gede Mataram Kotagede (Tribun Jogja/Hamim Thohari)

Sebelumnya, berbekal tekad ingin syiar, berangkatlah Ki Ageng Pemanahan ke Alas Mentaok.

Sesampainya di alas lalu ia mendirikan sebuan langgar.

Perjuangan menyiarkan Islam tersebut kemudian diteruskan oleh putranya Panembahan Senopati Sutowijya.

Melihat arsitektur bangunan Masjid terutama di bagian gerbang masjid, maka akan mendapati motif bangunan yang lazim ditemui di sebuah pura milik umat Hindu.

Dijelaskan Warisman, perpaduan gaya arsitektur bangunan Masjid ini memang tak lepas dari peran serta masyarakat penganut agama Hindu kala itu.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved