Madden Julian Oscillation Telah Lewat, DIY Mulai Masuk Musim Kemarau
Madden Julian Oscillation Telah Lewat, Awal Mei Ini Wilayah DIY Mulai Masuk Musim Kemarau
Penulis: Santo Ari | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Beberapa hari belakangan terjadi banjir di wilayah Indonesia bagian barat. Hal itu dikarenakan oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO).
Hujan lebat yang terjadi di Yogyakarta beberapa waktu lalu adalah salah satu dampaknya.
Kepala unit analisa dan prakiraan cuaca, BMKG Stasiun klimatologi yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa memaparkan MJO sebenarnya adalah penjalaran gelombang atmosfer di sekitarnya ekuator dari barat menuju timur.
Kondisi ini akan meningkatkan suhu permukaan laut sehingga muncul pembentukam awam cumulonimbus yang menimbulkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Ketika berada di area tertentu bisa berlangsung 3 hingga 5 hari tegantung intensitas MJO-nya. Sedangkan Indonesia disebutnya dibagi menjadi delapan fase. Fase 1 sampai 3 di wilayah Samudera Hindia bagian barat atau di sebelah barat Sumatra.
• Terungkap Siapa Sekolompok Massa Berbaju Hitam-hitam yang Bikin Onar di Bandung
• Pertamina MOR IV Gelar Pasar Murah di Tiga Lokasi, Sediakan 16 Ribu Paket Sembako
Fase empat adalah Indonesia bagian barat, fase 5 Indonesia timut dan fase 6 sampai 8 ada di samudra Pasifik atau timur Papua.
"Beberapa hari lalu berada di fase empat di Indonesia bagian barat, sehingga curah hujan di Indonesia bagian barat mengalami peningkatan dan menyebabkan banjir, seperti di Bengkulu dan Jakarta," terangnya, Kamis (2/5/2019).
"Kemarin juga menyebabkan hujan lebat di Yogyakarta. Namun memasuki bulan Mei, MJO bergerak di fase lima, atau di wilayah Indonesia bagian timur. Jadi curah hujan di Yogyakarta sudah berkurang," imbuhnya.
Sigit menambah MJO itu fenomena yang terjadi skala global dan seluruh dunia yg akan berpengaruh. Secara periodik dua hingga tiga bulan akan sampai ke wilayah Indonesia lagi.
"Namun MJO ini akan berpengaruh saat musim hujan. Kalau sudah memasuki kemarau tidak signifikan pengaruhnya," bebernya.
Sementara itu, Djoko Budiyono, kepala kelompok data dan informasi, sebelumnya memaparkan secara umum iklim di bulan april kemarin di wilayah Yogyakarta masih masuk kategori pancaroba. Di masa pancaroba ini potensi terjadinya hujan masih berpeluang muncul terutama di siang, sore dan menjelang malam.
"Secara bertahap kita akan masuk kedalam musim kemarau, diawali dari Yogyakarta bagian selatan-timur, kemudian bagian tengah dan terakhir di bagian utara. Semua wilayah diprediksi masul awal kemarau di kisaran bulan mei 2019," terangnya. (Tribunjogja I Santo Ari).