Pendidikan
3 Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta Ciptakan Gablind, Kacamata Navigasi untuk Tuna Netra
Gablind sendiri merupakan karya dari tiga alumni AMIKOM Yogyakarta yaitu Arvin Claudy Frobenius, Jacky Koeswanto, dan Eko Rahman.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Ariani Nisma Putri, gadis berusia 13 tahun itu menyunggingkan senyum.
Rona wajahnya tampak bahagia, ketika pertama kali mencoba Gablind (Glasses for the Blind-red), kacamata bantu bagi penyandang tuna netra.
Dengan memakai alat itu, meski tidak bisa melihat, Putri mengaku bisa bepergian ke tempat-tempat yang dia inginkan.
• Sewindu Tribun Jogja, Bertekad Jadi Media Rujukan dalam Era Revolusi Industri 4.0
Ia tinggal mendengarkan panduan navigasi yang disambungkan melalui smartphone.
"Alatnya seru. Membantu berjalan. Keren. Pengoperasiannya juga mudah," kata Putri, gadis kelas satu SMP Tumbuh, Panggungharjo, Bantul pada Tribunjogja.com, Selasa (30/4/2019).
Siang itu, di SMP Tumbuh memang sedang digelar launching pengenalan produk Gablind.
Kacamata navigasi yang khusus diperuntukkan bagi penyandang tuna netra.
Acara dihadiri oleh Rektor AMIKOM Yogyakarta Prof Dr M Suyanto dan Direktur Sekolah Tumbuh KPH Wironegoro.
Gablind sendiri merupakan karya dari tiga alumni AMIKOM Yogyakarta yaitu Arvin Claudy Frobenius, Jacky Koeswanto, dan Eko Rahman.
• Studi Menyebutkan Orang yang Pakai Kacamata Kemungkinan Lebih Pintar daripada yang Tidak
Mereka melakukan riset selama tiga tahun untuk menciptakan kacamata navigasi itu.
Arvin Frobenius menerangkan Gablind memiliki empat fitur utama.
Fitur yang pertama adalah Where is My Gablind, yang didesain untuk mengindentifikasi dimana letak kacamata.
"Jadi kalau pengguna lupa naruhnya dimana. Maka mencari alatnya pakai fitur ini," jelas Arvin.
Kemudian ada G-Location, fitur untuk mengetahui dimana lokasi pengguna berada.
Lalu ada juga G-Walk, untuk mengetahui rute tercepat ketika mau pergi ke suatu tempat.
"Misalkan dari sini mau pergi ke Malioboro. Maka fitur G-Walk akan menunjukkan jalan tercepat lewat mana," terang dia.
Fitur terakhir adalah G-Read, yang bisa digunakan bagi tunanetra untuk membaca huruf alfabet.
• Tak Ingin Anak Lain Berkacamata, Siswa SD Ini Ciptakan Lampu Khusus
Adapun untuk sistem pengoperasiannya, Gablind menggunakan saluran Bluetooth pada smartphone yang dikoneksikan dengan kacamata.
Melalui saluran Bluetooth itu, smartphone akan terkoneksi dengan sensor yang ada di Kacamata.
"Jadi jika di depan ada penghalang jalan, maka secara otomatis handphone akan mengeluarkan tanda, bunyi Beep," tutur Arvin.
Desain Bunyi Beep akan keluar pada jarak halangan 1,5 meter sampai 60 cm.
Semakin dekat jarak halangan, maka bunyi Beep akan semakin cepat.
Gablind tidak dijual secara massal, melainkan hanya dijual dengan sistem pre-order.
Kacamata ini dibanderol seharga Rp 1,8 juta.
Jika paket komplit dari kacamata plus smartphone Rp 3,3 juta.
• Gaet Kang Daniel Wanna One Jadi Model, Kacamata Merek Kissing Heart Ludes Terjual
Ide Awal
Arvin bercerita, ide awal ia dan teman-temannya menciptakan Gablind berawal saat masih mahasiswa jalan-jalan di Malioboro tahun 2015 silam.
Saat itu pedestarian Malioboro belum tertata.
"Kita melihat ibu-ibu, tuna-netra, seperti kebingungan arah mau pulang. Jalan juga ada yang rusak," tuturnya.
Lepas dari Malioboro, Arvin dan temannya juga berkunjung ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Malang.
Kondisinya hampir sama.
"Bahkan motor sampai ada yang bisa masuk ke trotoar," Arvin merasa prihatin.
Ia kemudian melakukan tanya jawab dengan penyandang tunanetra.
Kebanyakan dari mereka menurutnya tidak percaya diri untuk keluar.
Karena tidak memiliki tempat yang aman, akhirnya ide membuat Gablind muncul, alat bantu navigasi bagi tuna netra.
• Benarkah Orang yang Berkacamata Lebih Cerdas?
Penghargaan
Arvin mengaku Gablind sudah menang di berbagai ajang kompetisi, baik lokal dan internasional.
Berbagai penghargaan sudah di dapat, antara lain di Surabaya, mendapatkan tiga award sekaligus, kategori inovator, the most inovatif dan best of the best.
Di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Jakarta mendapatkan nominasi Best of the Best, di Microsoft Imagine cup masuk dalam lima besar, di kancah Internasional mendapatkan nominasi Apicta Award di Taiwan dan Taipe, di Hongkong mendapatkan Bronze Award dan Dhaka mendapatkan Merit Award.
"Terakhir di London. Kita diundang untuk melakukan pelatihan bisnis," ujar dia. (*)