Pemilu 2019
Mujiyono, Petugas KPPS di Bantul Gugur Karena Kelelahan
Komisioner KPU Bantul, Divisi Sumberdaya Manusia dan Partisipasi Masyarakat, Musnif Istiqomah mengatakan pihaknya sudah bertakziah ke rumah duka.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Tenda bertiang besi masih berdiri di depan rumah Mujiyono di Dusun Genen, Dukuh Tegal Lurung, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak.
Suasana duka masih sangat terasa.
Sejumlah orang terlibat dalam kesibukan.
Mereka mengolah makanan.
Persiapan untuk tahlilan, doa tujuh hari meninggalnya Mujiyono.
Mujiyono merupakan satu petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) di TPS 49 Gilangharjo, Bantul yang meninggal dunia karena kelelahan.
"Bapak meninggal dunia karena kelelahan. Mengeluh dadanya sangat sakit. Ketika di rumah sakit, kata Dokter, jantungnya tidak bisa mempompa darah," tutur istri almarhum, Marjiyem, sembari mempersilahkan Tribun duduk saat ditemui di rumahnya, Rabu (24/4/2019)
• Kawal Pencoblosan Ulang, Honor KPPS TPS 052 Depok Sleman Naik Dua Kali Lipat
Marjiyem bercerita tiga hari sebelum dilarikan ke rumah sakit Santa Elisabeth Ganjuran pada Rabu 17 April 2019, almarhum suaminya itu sempat bekerja cukup keras mempersiapkan pemilu.
Bahkan tiga hari kurang tidur.
Hari Minggu, 14 April 2019, seperti diceritakan oleh Murjiyem, almarhum Mujiyono mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) dari pagi sampai siang.
Kemudian sore hari dilanjutkan door to door ke rumah-rumah warga, membagikan undangan untuk memilih.
Senin paginya, almarhum seharian kerja bakti di pemakaman.
"Hari Selasa [sehari sebelum pemungutan suara] mondar-mandir mempersiapkan TPS. Jaga sampai malam, setengah dua pagi. Pulang itu sudah mulai sakit, saya kerokin," tuturnya, menceritakan.
Sebagai petugas KPPS, Rabu pagi pukul enam--saat hari pemungutan suara--Marjiyono bangun.
Meski pun dengan susah payah.
• Seorang Ketua KPPS di Bantul Meninggal Dunia, Diduga Kelelahan Ketika Jaga TPS
"Pagi itu sebenarnya sudah mandi. Terus minta obat. Tapi kemudian drop. Dibawa ke rumah sakit Santa Elisabeth Ganjuran," jelasnya.
Mujiyono belum sempat menjalankan tugasnya sebagai KPPS.
Tubuhnya keburu ambruk.
Tugas dia digantikan oleh tetangganya.
Mujiyono dirawat di rumah sakit selama dua hari.
Awalnya ia mendapatkan perawatan langsung di Unit Gawat Darurat.
Tapi kondisinya semakin drop kemudian dirawat intensif di ruang ICU.
"Saat dirawat Bapak mengeluh dadanya sakit," tuturnya.
Dua hari berjuang dalam ruang perawatan.
Mujiyono tak sanggup bertahan.
Ia meninggal dunia pada hari Kamis, 18 April 2019.
"Pukul setengah enam. Menjelang waktu Maghrib," ujar dia.
Harap Ada Asuransi
Kepergian Mujiyono menjadi duka yang mendalam bagi istrinya, Murjiyem.
Ia kehilangan sosok yang penyabar dan perhatian terhadap keluarga.
• 90 Petugas KPPS Meninggal Diduga Kelelahan, Ini Penjelasan Bahaya di Balik Kerja Berlebihan
Almarhum meninggalkan dua buah hati.
Yaitu M. Rizal Fajar Ahadi (17) dan M. Roihan Abdul Rohim (8).
Marjiyem berharap ada uluran dan perhatian dari pemerintah.
"Harapan tetap ada asuransi karena bapak sudah bekerja keras mempersiapkan untuk membuat TPS dan menjaga logistik," ujar dia, tertunduk.
Komisioner KPU Bantul, Divisi Sumberdaya Manusia dan Partisipasi Masyarakat, Musnif Istiqomah mengatakan pihaknya sudah bertakziah ke rumah duka.
Bahkan, komisioner KPU Bantul sudah memberikan santunan secara pribadi.
Adapun untuk asuransi, pihaknya belum bisa memastikan.
Apakah ada atau tidak. Namun demikian, klaim asuransi bagi petugas KPPS yang gugur dalam bertugas saat ini sedang diusahakan.
Jumlahnya paling tidak sekitar Rp 30 juta rupiah.
"Nominalnya menang tidak seberapa jika dibandingkan dengan nyawa seseorang. Tapi mudah-mudahan nanti berhasil ada klaim asuransi," harap dia.(TRIBUNJOGJA.COM)