Sleman
Minyak Kelapa "Perdana", Produk Olahan Warga Moyudan Sejak 1990an
Produk ini pun sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI dan telah diuji oleh BPOM.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
Puluhan butir kelapa yang telah dikuliti kemudian dipotong-potong dengan ukuran yang sesuai.
Setelah dipotong dan dicuci, potongan tersebut kemudian langsung diparut dengan menggunakan mesin.
Hasil parutan kemudian dimasukkan ke mesin yang lain untuk dipisah santan dan parutannya.
Santan tersebut kemudian dimasak selama 4 jam, di atas tungku yang apinya berasal dari bara batok kelapa.
Selanjutnya melalui proses pemurnian hingga akhirnya siap dikemas.
"Nanti saat dimasak, akan terpisah minyak dan ampasnya yang disebut sebagai Blondo," jelas Untung.
Menurut Untung, kelompoknya menghabiskan setidaknya 10 hingga 12 butir kelapa per hari.
Minyak yang dihasilkan sebanyak 35 liter, yang kemudian dikemas dalam botol ukuran satu liter.
Tidak hanya minyak, blondo hasil pengolahannya pun masih bisa dimanfaatkan.
Diproduksi 35 kg per hari, per kilonya dijual dengan harga Rp 40 ribu.
"Blondo ini bisa digunakan untuk bahan Gudeg," kata Untung.
• UNBK SD-SMP di Sleman Diikuti 30 Ribu Pelajar
Sedangkan minyak kelapa murni dijual dengan harga Rp 23 ribu per liter.
Produk ini pun sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI dan telah diuji oleh BPOM.
Menurut Untung, minyak kelapa Perdana telah dipasarkan melalui pasar tradisional hingga modern.
Mereka pun sudah menerima penjualan secara online.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jogja/foto/bank/originals/minyak-kelapa-perdana-produk-olahan-warga-moyudan-sejak-1990an.jpg)