90 Petugas KPPS Meninggal Diduga Kelelahan, Ini Penjelasan Bahaya di Balik Kerja Berlebihan

Jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia sebelumnya dilaporkan mencapai 90 orang. Mereka diduga kelelahan.

Editor: Rina Eviana
IST
Seorang korban Karoshi atau kematian akibat kelelahan kerja. Kasus karoshi semakin meningkat di Jepang. 

90 Petugas KPPS Meninggal Diduga Kelelahan, Ini Penjelasan Bahaya di Balik Kerja Berlebihan 

TRIBUNJOGJA.COM - Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 usai. Namun pascapemungutan suara yang digelar Rabu (17/4/2019) ada duka yang tersisa.


Jumlah petugas KPPS yang meninggal dunia sebelumnya dilaporkan mencapai 90 orang.  Mereka diduga kelelahan.

Selain itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat, sebanyak 374 petugas KPPS sakit. Jumlah tersebut tersebar di 19 provinsi di Indonesia.

Para petugas yang meninggal dunia maupun sakit ini diduga kelelahan usai bertugas melakukan penghitungan dan rekapitulasi suara pemilu.

Komisi Pemilihan Umum DIY juga kehilangan 5 petugas KPPS dan PPK dalam penyelenggaraan Pemilu 2019.

Ketua KPU DIY, Hamdan Kurniawan mengatakan pihaknya hingga saat ini telah melaporkan 5 petugas yang meninggal. Selain 5 petugas,pihaknya juga melaporkan 7 petugas yang sakit.

Menurut data KPU DIY, dari 5 petugas yang meninggal yaitu satu KPPS Tamanmartani, Kalasan, satu KPPS Tridadi, Sleman, dan satu KPPS Sagan, Caturtunggal; seorang KPPS Semanu, Gunung Kidul, dan satu PPK Ngampilan, Yogyakarta.

Tidak hanya itu, sebanyak 9 anggota Polri pun gugur saat melaksanakan pengamanan di TPS dan setelah perhitungan suara berakhir.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan para anggota Polri yang meninggal dunia saat bertugas mengawal Pemilu 2019 akan dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi.

"Semua Almarhum dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi. Termasuk Brigjenpol Syaiful Zahri menjadi Irjenpol," ujar Dedi.

Sama seperti kebanyakan petugas KPPS, sebagian besar anggota Polri yang gugur juga diduga meninggalakibat kelelahan selama bertugas.

Kejadian yang sama pernah terjadi di Jepang pada 2017, seorang wanita meninggal dunia akibat kelelahan setelah bekerja lembur selama 150 jam.

Bahaya kerja berlebihan

Fenomena seperti ini di Jepang bernama Karoshi, dan bukan pertama kalinya terjadi di Negeri Sakura tersebut.

Menurut Brigid Schulte, direktur pendiri The Good Life Initiative dan penulis dari buku "Overwhelmed: Work, Love, and Play When No One Has the Time”, hal ini bisa saja terjadi.

 "Orang-orang harus paham bagaimana berbahayanya bekerja secara berlebihan terhadap kesehatan," tuturnya, sebagaimana dilansir Intisari dari  Healthline.

"Itu membuat kita sakit," sambungnya.

Banyak masalah kesehatan akibat terlalu banyak bekerja, yang membuat tubuh menjadi kelelahan parah.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit kardiovaskular, gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis, bunuh diri, hingga kanker bisa terjadi ketika seseorang kelelahan karena bekerja.

Sedangkan gangguan fungsi kekebalan tubuh adalah masalah kesehatan utama akibat terlalu banyak bekerja.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine menggambarkan hubungan dari jam kerja seseorang dalam seminggu dan risiko serangan jantung.

Orang yang bekerja 55 jam seminggu, 16% lebih mungkin meningkatkan risiko serangan jantung bila dibandingkan dengan mereka yang bekerja 45 jam seminggu.

Sementara mereka yang bekerja 65 jam seminggu melihat risiko mereka meningkat sebesar 33%.

Hal ini didukung oleh laporan dari NCBI, kelelahan berlebihan bisa menjadi sebab kematian mendadak yang dikaitkan dengan rasa tegang yang berkepanjangan selama bekerja atau penyakit jantung.

Lalu, sebuah studi yang diterbitkan pada 2014 oleh jurnal Psychosomatic Medicine mengatakan mereka yang memiliki jenis pekerjaan tinggi memiliki peluang 45% lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan mereka yang memiliki jenis pekerjaan yang rendah.

Merasa terlalu banyak bekerja juga dapat merusak kesehatan mental.

Asal tahu saja, stres berkorelasi dengan 75 hingga 90% kunjungan medis, menurut American Institute of Stress.(*)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved