Mengenal Libya, Permata dari Afrika Utara dan Khadafi yang Dijungkalkan

Sebelum 2011, Libya adalah negara sangat kaya di Afrika Utara. Minyak buminya menjadikan Libya di tangan Moammar Khadaffi makmur

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Wikimedia Common
Moammar Khadaffi 

Ia menjadi musuh banyak negara barat dan AS. Khadaffi yang susah diatur dan gemar hidup dalam tenda, dituduh mensponsori terorisme, terlibat dalam berbagai aksi-aksi terorisme keji di berbagai belahan dunia.

AS menuduh Khadaffi mengirimkan agen-agen rahasianya, yang meledakkan pesawat Panam saat terbang dari Eropa ke AS.

Pesawat itu meledak di langit Lockerbie, menewaskan ratusan penumpangnya. AS juga menuduh Khadaffi mensponsori berbagai aksi terorisme pejuang Palestina di Eropa maupun Timur Tengah.

Sebagai negara kaya minyak yang dijuluki “permata hitam” dari Afrika Utara, Libya sebelum perang sipil 2011, memprioritaskan pendidikan untuk 1,7 juta pelajar.

Lebih dari 270.000 di antaranya telah mencapai pendidikan tinggi. Pendidikan di Libya gratis untuk semua warga negara, dan wajib sampai tingkat menengah.

Kemampuan baca-tulis Libya tertinggi di Afrika Utara. Lebih dari 82 % penduduk Libya dapat membaca dan menulis.

Setelah kemerdekaan Libya tahun 1951, universitas pertama, University of Libya, didirikan di kota Benghazi.

Sejak 1975 jumlah universitas di Libya telah bertambah menjadi Sembilan, dan pada 1980, jumlah lembaga pendidikan teknis dan kejuruan adalah 84 (12 universitas umum).

Pada tahun ajaran 1975/76 jumlah mahasiswa diperkirakan sebanyak 13.418 orang. Pada 2004, jumlah ini meningkat menjadi lebih dari 200.000, dengan 70.000 tambahan terdaftar dalam pendidikan teknis tinggi sektor kejuruan.

Peningkatan yang cepat dalam jumlah siswa di sektor pendidikan tinggi tercermin pada peningkatan jumlah lembaga pendidikan tinggi.

Dana pendidikan tinggi dibiayai anggaran publik. Pada tahun 1998 anggaran nasional yang dialokasikan untuk pendidikan mencapai 38,2 persen.(Tribunjogja.com/ Aljazeera/Wikipedia/xna)  

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved