Jawa
Kisah Kepahlawanan Pangeran Diponegoro Dikisahkan Kembali dalam Teater 'Aku Diponegoro'
Diponegoro keluar istana, keluar dari kenyamanan, bersama ratusan ribu rakyatnya berperang melawan kompeni dalam perang jawa, tahun 1825.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Ia mengatakan, Diponegoro menjadi salah satu pahlawan yang dilahirkan dari Kasultanan Yogyakarta.
Beliau memiliki jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan, memimpin perang, melawan penjajahan, dengan tak sedikit korban berjatuhan.
"Keberanian dan semangat membela nasionalisme, memperjuangkan kemerdekaan dan terus mengibarkan perlawanan penjajah belanda, Pun, sifat keberanian, kejujuran, yang dimiliki dapat dicontoh oleh generasi muda nanti," ujarnya.
Walikota Magelang, Sigit Widyonindito pun mengatakan, melalui Gerakan Melek Sejarah ini diharapkan dapat menginspirasi seluruh kalangan masyarakat atas perjuangan Pangeran Diponegoro, berperang melawan penjajahan pada tahun 1825 - 1830 lalu.
"Korbannya begitu besar mencapai 200 ribu dari rakyat kita, dari Belanda mencapai delapan ribu. Begitu besar pengorbanan mereka. Kita baru 60 tahun merdeka, sumpah pemuda baru tahun 1928 lalu. Saat kita belum lahir, ratusan tahun yang lalu, tahun 1825 beliau sudah memerangi kolonialisme. Jadi patut teater ini diselenggarakan di tempat terhormat ini," kata Sigit.
Di sela acara Sigit mencoba membacakan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro.
"Di masa pembangunan, Tuan hidup kembali. Dan bara kagum menjadi api. Di depan sekali tuan menanti. Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kai. Pedang di kanan, keris di kiri. Berselempang semangat yang tak bisa mati. Maju. Ini barisan tak bergenderang-berpalu. Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti. Sudah itu mati". (*)