Jawa

Kisah Kepahlawanan Pangeran Diponegoro Dikisahkan Kembali dalam Teater 'Aku Diponegoro'

Diponegoro keluar istana, keluar dari kenyamanan, bersama ratusan ribu rakyatnya berperang melawan kompeni dalam perang jawa, tahun 1825.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Saat puluhan seniman memeragakan adegan-adegan dalam Pagelaran Teater Tari 'Aku Diponegoro', Kamis (28/3) di depan masyarakat di kompleks eks-Karesidenan Kedu atau Bakorwil II Magelang. 

Tak hanya berhenti pada satu pagelaran saja, ia berharap pagelaran ini juga akan terus dilakukan.

Tujuannya adalah untuk melestarikan kebudayaan, memberikan pengetahuan sejarah kepada generasi muda, agar mengetahui sejarah Pangeran Diponegoro dan meneladani kisahnya.

Sementara itu, Direktur Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Triyana Wulandari, mengatakan, tanggal 28 Maret 2019, adalah tepat 189 tahun, momen paling bersejarah saat Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda di Kompleks eks Karesidenan Kedu atau Bakorwil II Kota Magelang.

Momen sejarah ini pun penting untuk terus dilestarikan dan diingat, khususnya kepada generasi muda atau milenial.

Pihaknya pun mencoba mengemas kisah sejarah tersebut ke dalam suatu pagelaran teater.

Baca: Pakar dari Skotlandia Dr Peter Carey, Besok Bedah Kisah Babad Diponegoro

Upaya ini juga menjadi bagian dari Gerakan Melek Sejarah (Gemes) yang digaungkan oleh pemerintah.

"189 tahun yang lalu Diponegoro tertangkap siasat dari Belanda . Saat itu Jenderal De Kock meminta perdamaian di rumah karesidenan ini. Oleh karena itu kami ingin merefleksi momen bersejarah tersebut, tidak hanya penangkapan, tetapi kisah pangeran dipongeoro menjadi pagelaran teater tari 'Aku Dipongeoro', dengan kemasan Gemes atau gerakan melek sejarah. Tidak hanya teater, tetapi juga dengan bedah literasi, pameran, dengan begitu seluruh masyarakat dapat menikmatinya," kata Triyana.

Triyana mengatakan setting tempat pagelaran memang dibikin di eks-Karesidenan Kedu, atau Bakorwil II Kota Magelang, karena di tempat tersebut, momen sejarah Pangeran Diponegoro terjadi.

Pangeran Diponegoro pun juga telah menjadi ikon Kota Magelang.

Patung besar Diponeoro menunggang kuda pun menjadi landmark kota ini.

Ia pun berharap Pagelaran Teater ini dapat terus dilaksanakan.

Bahkan jika mampu, Kota Magelang, sebagai tuan rumah yang akan mampu menyelenggarakannya, tentunya dengan dukungan dari Kemendikbud.

"Kawasan bila bisa diserahkan atau dihibahkan ke Kota Magelang, kemudian dengan bersinergi dengan kementerian kebudayaan, dapat didorong menjadi wisata destinasi sejarah yang dapat berkembang lebih baik. Rumah residen ini agar dapat didaftarkan cagar budaya tingkat nasional sehingga dapat memiliki nilai yang luar biasa. Bukan hanya tempat penangkapan Diponegoro saja, tetapi terkenal di seluruh dunia. Seperti lukisannya karya Raden Saleh. Rumah ini dihibahkan di mafelang, membuar kawasan yang hisa dinikmati masyarakat Indonesia dan dunia," katanya.

Baca: Lukisan Ini Kisahkan Penyamaran Pangeran Diponegoro Saat Salat Jumat di Masjid Pajimatan Imogiri

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melalui Plt Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Sulistyo, memberikan sambutannya.

Teater ini menjadi ide kreatif karya seni dan kebudayaan, dalam rangka pembentukan jati diri dan karakter milenial. 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved