Yogyakarta
Melalui Cokelat Produksi Mahasiswa asal Wates Ini Suarakan Ajakan Memilih
Selain mengambil dari petani di Kulon Progo, sebagian bahan baku didatangkan dari luar daerah.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Sikap golput masih membayangi agenda Pemilihan Umum (Pemilu) yang termasuk indikator demokrasi di negara ini.
Golput alias golongan putih adalah istilah bagi warga negara yang memiliki hak pilih namun enggan menggunakannya. Semakin tinggi jumlah golput menandakan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu.
Perlu peran aktif semua unsur masyarakat untuk menggugah kesadaran publik dalam mensukseskan pesta demokrasi tersebut.
Fachri Yusuf Maulidani merasa terpanggil untuk ikut menyuarakan pentingnya memilih dalam Pemilu. Ia mensosialisasikannya dengan cara berbeda; cokelat Pemilu.
Mahasiswa asal kota Wates, Kabupaten Kulon Progo itu memproduksi camilan berupa cokelat yang memuat pesan ajakan untuk menyukseskan Pemilu pada kemasannya.
Di antaranya adalah kalimat Gunakan Hak pilihmu; Coblos Pilihanmu; Pemilih Berdaulat, Negara Kuat; Bukan Saatnya Tutup Mata; Pemuda Memilih, dan banyak lainnya.
Baca: Mahasiswa Fisipol UGM Ini Pilih Tidak Golput
"Kami punya cokelat dengan kemasan yang bisa di-custom sesuai keinginan. Dari pesan itu kami mendorong orang untuk aktif memilih sehingga angka golput berkurang," jelas Fachri, Kamis (28/3/2019).
Fachri mengaku ide awal cokelat Pemilu itu tercetus ketika ia mendapat data angka golput dalam Pemilu di negeri masih cukup tinggi.
Dari situ, ia lalu berinisiatif memunculkan pesan ajakan mencoblos itu dalam kemasan cokelat Makaryo produksinya, beberapa waktu belakangan.
Usaha produksi cokelat itu sendiri baru berjalan sekitar 7 bulan.
Kemasan cokelat berikut pesan ajakan itu didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa menarik perhatian orang dan mennggugah kesadaran tentang pentingnya Pemilu.
Terutama kalangan generasi muda ataupun milenial yang tergolong sebagai kaum pemilih pemula dalam Pemilu 2019 mendatang.
Baca: Mahasiswa Diminta Serukan Anti Golput ke Masyarakat
Inisiatif Fachri menuai perhatian dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) setempat.
Cokelat Makaryo dijadikan salah satu instrumen dalam beberapa kali sosialisasi Pemilu oleh kedua lembaga negara itu.
Namun, pesanan pertama justru datang dari KPU Bangka Belitung.
Sedikitnya 100 batang cokelat Makaryo dikirim ke Negeri Laskar Pelangi itu.
Sekarang beberapa KPU kabupaten lain di DIY sudah memesan produk cokelat Pemilu Makaryo ini.
"Selain Pemilu, kami juga sering mendapat pesanan kemasan custom sebagai suvenir untuk event partai politik, calon legislatif, acara perusahaan, pernikahan, ulang tahun, dan lainnya. Distribusinya sudah sampai Jakarta, Semarang, Kediri, Pangkal Pinang, Makassar, Pontianak, Palangkaraya, dan lainnya," kata Fachri.
Baca: Jawa Barat Berpotensi jadi Provinsi Penyumbang Golput Terbanyak di Pemilu 2019 Mendatang
Makaryo saat ini mampu memproduksi hingga 500 batang cokelat per hari dalam beberapa varian produk.
Antara lain jenis milk chocolate, strawberry chocolate, green tea, serta produk premium berupa dark chocolate. Pada jenis dark chocolate, terdapat kekhasan berupa isian rasa gula semut dan jahe dengan kadar yang pas.
Harga Cokelat Makaryo dibanderol Rp5.000-6000 per batang kemasan 30 gram, Rp13.000 untuk kemasan 80 gram dan Rp25.000 untuk jenis cokelat premiumnya.
Selain mengambil dari petani di Kulon Progo, sebagian bahan baku didatangkan dari luar daerah.
Terkait Pemilu, Kulon Progo sebetulnya memiliki indeks demokrasi yang cukup tinggi.
KPU setempat mencatat persentase partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 maupun Pilkada 2017 mencapai 79,2 persen, melebihi rerata partisipasi masyarakat secara nasional yang hanya 77,5 persen. Namun begitu, golput tetap menjadi hantu yang perlu diwaspadai.
Tak heran, KPU dan Bawaslu Kulon Progo gencar mensosialisasikan Pemilu agar masyarakat tak golput dan bersedia menunaikan hak pilihnya dalam hari pemilihan di April nanti.
KPU Kulon Progo beberapa waktu lalu juga giat membuka posko pindah lokasi pemilih untuk memfasilitasi warga dari luar kota yang tak bisa memilih di daerah asalnya.
Selain itu juga merekrut relawan demokrasi untuk membantu menggaungkan pentingnya Pemilu kepada masyarakat.
"Dengan kualifikasi yang ada, relawan demokrasi memberikan harapan positif akan mampu meningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten Kulon Progo," jelas Ketua KPU Kulon Progo, Ibah Muthiah.(TRIBUNJOGJA.COM / singgih wahyu nugraha)